Sedikit demi sedikit dia mendapatkan penghasilan dari bisnisnya ini. Hingga pada akhirnya sebuah musibah datang. Mulai dari seluruh website-nya “disapu” Google (tidak sesuai algoritma Google) hingga yang paling parah, banned! Ya, akun Google Adsense-nya dianggap melanggar aturan iklan Google sehingga “dimatikan”. Otomatis penghasilannya juga ikut terhenti.
Apa yang terjadi? Agus Sakti yang memutuskan menikah di usia 21 akhir ini mulai rehat sejenak dari kegiatan online. Tahapan berikutnya, dia membantu usaha mertuanya; jasa tour & travel agent. Nyaman menjalani bisnis ini, Agus Sakti ternyata merasa “kangen” dengan bisnis online. Akhirnya tahun awal 2012, dia mencoba merintis usaha jual produk fisik secara online.
Awal mulanya dia berbisnis secara dropship atau reseller, hingga akhirnya dia berhasil menjadi supplier. Usahanya kali cukup stabil memberikan pemasukan bagi keluarganya. Bahkan nantinya dari pengalamannya sebagai supplier ini, dia membuat sebuah produk digital berupa panduan bisnis online sebagai supplier melalui sosial media yang sudah terjual di atas 600 copies di Indonesia, sebagian pembelinya dari Malaysia. Panduan yang sangat bermanfaat bagi para wirausahawan Tanah Air. Keren!
“Bisnis itu yang penting bisa sustain ngasih income tiap bulan. Bukannya bulan ini hasil besar, tapi bulan depannya jadi nol...”
Itu kata-kata Agus Sakti yang aku kutip dari kicauannya di twitter. Bermodal kreativitas dan keberanian mencoba hal baru, dia membuat berbagai akun sosial media seperti akun Twitter @mahasiswajeber, @mahasiswajatim, dan @mahasiswaunej, dan puluhan akun Twitter anonim lainnya yang digunakan untuk berbagi informasi, serta berjualan produk-produk yang menarik.
Dari sini dia juga mendapatkan penghasilan tiap bulannya, entah itu dari hasil jualan produk atau dari pengiklan. Apalagi saat ini sosial media jadi kegemaran para anak muda Tanah Air, peluang ini dia manfaatkan secara apik untuk menghasilkan uang. Asoyy... hehe Merasa butuh tantangan baru, awal tahun 2014, Mas Agus memutuskan untuk memperluas pasarnya ke Eropa dan Amerika Serikat. Caranya? Sadar bahwa menjual produk fisik akan susah dilakukan dan membutuhkan biaya yang besar, Agus Sakti memilih untuk berbisnis produk digital. Alasannya sederhana, karena produk digital : 1) Cuma dibuat sekali, tapi bisa dijual berkali-kali; 2) Tidak ada masa kadaluarsanya, evergreen; 3) Bisa dijual ke mana saja dengan sangat mudah, cukup dikirim via email atau link download saja; yang paling penting semua transaksinya sudah diatur oleh sistem. Bahkan, ketika kami berdua sedang nyruput coffee latte, ada beberapa transaksi dari customer-nya, tanpa campur tangan Agus Sakti.
“If you can dream, you can do it. (Walt Disney)”
Mungkin kamu merasa heran, mengapa seorang sarjana psikologi yang lebih banyak berkutat dengan pikiran manusia dan jauh dari kata desain grafis, coding, website development lebih memilih untuk menekuni usaha yang tidak sesuai dengan background pendidikannya? Apakah dia bisa? Benar. Agus Sakti tidak memiliki kemampuan itu semua. Jangankan kemampuan coding dan utak-atik bahasa pemograman HTML yang njelimet, desain grafis saja tidak mahir. Tetapi, seperti kata Walt Disney, “Jika kamu bisa bermimpi, kamu bisa melakukannya”. Sadar kalau usaha ini membutuhkan keahlian itu, sedangkan dirinya tidak mahir dalam hal tersebut, Agus Sakti tidak hilang akal. Dia membayar orang untuk mengerjakan hal yang tidak dia kuasai. Sedangkan dia mengerjakan hal yang dia bisa, manajemen bisnis dan marketing. Yang penting bisnis jalan!
Sudah lebih dari 1 tahun dia menjalani bisnisnya, dan selama itu pula dia berhasil “menelurkan” 8 album... eh salah, maksudku 8 produk digital. 3 untuk pasar Indonesia, dan 5 untuk pasar internasional. Saat kami ngobrol, sudah ada 3 produk yang sedang diproduksi oleh timnya. Anyway, aku tidak akan menjelaskan seberapa besar penghasilan yang dia dapat dari bisnisnya ini, karena memang aku tidak tahu... haha. Melihat seorang teman bisa hidup bahagia dengan keluarganya sudah menjadi kesenangan tersendiri bagiku.
Jarang-jarang bisa ngobrol bareng orang hebat begini, aku coba untuk “menangkap” beberapa inspirasi dari Agus Sakti ini.
- Bussiness is not just about money, bussiness is about relationship
Saat ngobrol, berkali-kali Agus Sakti selalu menekankan bahwa dalam bisnis, menjaga hubungan dengan partner dan pelanggan itu sangat penting. Bahkan lebih penting daripada definisi bisnis itu sendiri. Hubungan bisnis yang sehat akan diikuti oleh keuntungan yang layak dan berkelanjutan (sustain).
Contoh aja nih: Kamu bisnis jualan jaket gunung. Untuk mendapatkannya kamu harus beli grosiran dari seorang supplier. Kamu menjualnya melalui online shop, dan juga menggunakan akun buzzer sebagai media promosi. Tentu saja, jika barangmu terjual, kamu akan memperoleh keuntungan. Nah sekarang coba bayangkan, kamu bikin masalah sama supplier dan partner promosimu. Akibatnya, si supplier gak mau transaksi sama kamu lagi. Si buzzer juga gak mau promoin barangmu lagi. Tentu saja kamu gak bisa jualan, means kamu gak dapat untung dong. Belum lagi kalau kamu cari supplier dan partner promosi baru, berapa banyak waktu, tenaga, dan biaya yang kamu habiskan. Sangat tidak efisien. Ini yang disebut pentingnya menjaga hubungan (relationship).
- Kamu gak harus jadi karyawan
Saat ini banyak anak muda yang galau gara-gara gak punya pacar karena bingung mencari pekerjaan. Jamak dipandang, setelah lulus banyak para penyandang gelar kaum berilmu nan pintar (baca: sarjana) yang berbondong-bondong membawa ijazah dan surat lamaran pekerjaan. Of course, that’s great bro! Mencari pekerjaan atau sumber rejeki yang halal itu hal yang sangat hebat dan mulia.