Mohon tunggu...
Imam Hariyanto
Imam Hariyanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Agribisnis Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Luzern, Kota Dengan Lentera Romantis di Malam Hari

30 Desember 2014   04:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:12 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak hanya itu, saya juga mengunjungi salah satu tempat ibadah umat kristiani Kota Luzern, yup betul, Gereja Katedral St. Leodegar. Gereja ini menjulang tinggi. Dengan “angkuhnya”, dia seakan memanggil setiap wisatawan untuk memasukinya. Lagi-lagi, di sini saya bertemu dengan rekan sesama backpacker dari USA, ada juga seorang wanita muda yang backpackeran sendirian, keren ya! :D

Di depan gereja, ada beberapa makam yang dibangun berjajar rapi. Makam ini seperti mengingatkan setiap jamaah yang berkunjung ke gereja bahwa semua manusia akan meninggal, so tidak ada alasan untuk tidak beribadah dengan baik.

[caption id="attachment_786" align="aligncenter" width="335" caption="Gereja Katedral St. Leodegar di Luzern"]

[/caption]

[caption id="attachment_782" align="aligncenter" width="448" caption="Dereta Makam di Gereja St. Leodegar"]

[/caption]

Oia, selain makam, di depan gereja juga ada toko suvenir yang menjual beragam oleh-oleh khas Swiss, misalnya saja pisau lipat serba guna, gantungan kunci, magnet, foto Kota Luzern, berbagai variasi pakaian, dan lain-lain. Di sini saya membeli 2 buah kaos, harganya memang agak mahal kalau dikonversi ke rupiah, tapi mau gimana lagi ya.

Dasar mental anak kos :D

Puas melihat-lihat indahnya katedral, saya berjalan menuju Danau Luzern. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, matahari sudah ada di atas gunung. Cahayanya yang tersaring oleh awan putih di langit membuat suasana sore itu nyaman sekali untuk bersantai di tepi danau.

Selang beberapa waktu saya berjalan, saya melihat ada sesuatu yang menarik perhatian. Ada sekelompok orang yang didominasi oleh manula sedang bermain sesuatu, lempar bola besi seperti tolak peluru, namun aturan mainnya seperti permainan kelerang. Saya pun bertanya pada salah seorang dari mereka, ternyata itu permainan tradisional di sini, namanya “Boccooa”. Selain sebagai wahana refreshing, permainan ini juga bermanfaat untuk olahraga dan menempa jiwa sosial mereka, karena mereka bisa olahraga tolak peluru sambil bercanda dengan teman-teman sepermainannya. Asik ya :D

[caption id="attachment_787" align="aligncenter" width="448" caption="Mereka Sedang Bermain Boccoa di Play Ground Luzern"]

[/caption] [caption id="attachment_788" align="aligncenter" width="448" caption="Mereka Sedang Bermain Boccoa di Play Ground Luzern"] [/caption] [caption id="attachment_789" align="aligncenter" width="448" caption="Pemandangan Tepi Danau Luzern"] [/caption]

Di sini saya bertemu dengan sepasang suami istri dari Indonesia, tepatnya dari Makassar. Rupanya bapak-ibu ini sedang berlibur “tur keliling Eropa” dengan reward dari perusahaan tempatnya bekerja. Sebelum ke Swiss, sebelumnya mereka sudah mengunjungi Jerman, Belanda, dan Perancis. Setelah dari Swiss, mereka akan menlanjutkan perjalanan ke Italia. Enak banget, Pak :P

Saya pun ngobrol dengan mereka. Komentar mereka tentang Swiss mirip dengan apa yang saya rasakan. Mereka takjub dengan keindahan alam dan kota di negara ini. Masyarakatnya yang ramah, kehidupan warga yang mandiri, sejahtera dan teratur, lingkungan yang bersih, sistem transportasi publik yang sangat maju (dan sudah tertata rapi), dan pengelolaan infrastruktur publik dan pariwisata yang baik membuat orang Indonesia seperti kami iri dengan warga negara Swiss. Tanpa mengurangi rasa nasionalisme, kami berharap semoga Indonesia bisa mencontoh beberapa hal positif tadi dari negara “kecil” ini. :D

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun