Sebenarnya masih masih banyak kisah-kisah orang kecil yang di dalamnya terdapat pelajaran mulia, namun tiga kisah di atas cukuplah untuk kita jadikan bahan renungan bahwa orang-orang kecil itu secara tidak langsung telah memberikan ibrah kepada kita, ibrah tentang keniscayaan bahwa keterbatasan hidup orang-oramg kecil tidaklah menghalanginya untuk meraih apa yang disebut dengan "kemuliaan" dengan cara tetap berjalan di Jalan-Nya meski dalam kondisi yang kurang membahagiakan. Orang-orang kecil yang senantiasa istiqamah bekerja dan berjuang mencari rizki dengan cara yang halal meskipun (mungkin) sepele atau rendah di mata orang lain.
Penulis teringat dengan pesan luhur dari almarhum Mbah Yai Hasyim Muzadi: "Orang-orang yang mendapat rizki yang mulia, hatinya akan bersih, doanya akan sampai (kepada Allah Swt). Banyak orang desa bodoh, miskin, tapi bersih dan (selalu) berdoa (maka) anaknya jadi ulama, anaknya jadi intelektual, anaknya jadi presiden, anaknya jadi tokoh dunia, sementara yang sudah (merasa) pintar, anaknya kena narkoba, kena (masalah) ini dan itu. Jadi kebersihan melahirkan kebesaran, tapi penggunaan kebesaran yang tidak bertanggung jawab, dia akan memukul dirinya sendiri".
Itulah gambaran orang-orang kecil yang selalu istiqamah di jalan Tuhan meskipun kehidupannya serba kekurangan dan berbagai problem hidup yang tak habis-habisnya, tapi ia selalu berhati-hati dalam mencari rizki serta tak pernah lupa untuk berdoa kehadirat-Nya, maka Tuhan pun akan mengangkat derajatnya menjadi hamba yang mulia dalam pandangan-Nya, meskipun "biasa" atau bahkan "rendah" di mata manusia. Ingat, Tuhan tidak menilai bagaiman tampilan fisik dan kekayaan duniawi kita, tetapi Tuhan lebih "mementingkan" nilai amal dan kekayaan hati kita.
Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak melihat kepada bentuk rupamu, tidak pula kepada jumlah kamu, dan tidak pula kepada harta kekayaanmu; Akan tetapi Dia melihat kepada hatimu dan amal perbuatanmu” (HR. Tabrani)”.Sabda Rasulullah SAW ini memberikan penegasan bahwa dalam pandangan Allah SWT tidak berlaku terminologi kaya-miskin, jabatan tinggi-rendah, orang besar-orang kecil dan seterusnya, akan tetapi yang menjadi pembeda di antara umat manusia adalah kepemilikan atas “kekayaan hati” dan kualitas amal masing-masing umat.
Pendek kata, orang-orang kecil yang hidupnya serba kekurangan dan tak memiliki prestise keduniawian tapi memiliki tingkat penghambaan yang tinggi kepada Sang Khalik adalah jauh lebih tinggi derajatnya dibanding orang besar yang hidupnya serba berkecukupan, berkedudukan tinggi dan terhormat tapi kehidupannya jauh dari Tuhan. Bahwa secuil kisah di atas membukakan pandangan dengan lebar kepada kita, bahwa uang bukan segala-galanya, tapi semangat yang terus menyala di saat hidup serba kekurangan akan mampu mengubah dunia, mengubah mimpi menjadi kenyataan, sebagaimana Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka “ (QS. Ar Ra’d: 11)
Kehidupan orang-orang kecil yang secara ekonomi serba kekurangan tapi seolah-olah tidak terpengaruh dengan kondisi yang menghimpitnya bahkan semakin mendekatkan dirinya dengan Tuhan pernah mengusik benak almarhum Gito Rollies mantan rocker yang akhirnya mengembalikannya ke jalan yang benar. Gito Rollies adalah salah satu di antara “orang besar” yang beruntung dikarunai nikmat hidayah oleh Allah SWT.
Pernah suatu kali Gito merenung, mengapa orang-orang kecil para tetangganya itu terlihat memiliki kedamaian yang memancar di raut wajahnya meskipun sebenarnya hidupnya serba kekurangan dan penuh masalah? Sedangkan ia sendiri yang serba berkecukupan dari segi materi tapi jarang mendapatkan ketenangan batin? Pertanyaan-pertanyaan itulah salah satunya yang mengantarkan Gito Rollies meninggalkan kehidupan hitamnya dan bertekad mengisi kehampaan hatinya dan mulai menata kembali hidupnya.
Itulah sedikit dari pelajaran berharga yang dapat kita petik dari sosok orang kecil, bahwa orang kecil itu tidak selamanya berjiwa kerdil. Oleh karena itu janganlah sekali-kali meremehkan bahkan merendahkan orang kecil, karena boleh jadi orang kecil itu memiliki derajat yang istimewa di mata Tuhan.
Seharusnyalah orang-orang yang beruntung memperoleh predikat sebagai orang besar itu belajar dari orang kecil, karena tidak sedikit orang-orang kecil yang meskipun taraf keduniawiannya rendah tetapi justru memperoleh derajat yang mulia di sisi Tuhannya, yakni mereka lebih mengerti siapa penciptanya dan bagaimana harus memperlakukan Sang Penciptanya. Walhasil, banyak-banyaklah bersyukur dan bersikaplah optimistis baik ketika menjadi orang besar atau orang kecil, niscaya Tuhan akan menjadikan kita orang besar dalam pandangan-Nya. (Sangatta, updated 13/6/2017)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H