Sebagai seorang dengan disleksia, saya juga menghadapi tantangan berbeda. Teks yang terlihat 'menari-nari' di depan mata saya sering membuat frustrasi. Namun, saya menyadari bahwa mengatasi disleksia juga membutuhkan perhatian yang terfokus. Saya harus melatih diri untuk mengendalikan pikiran, bukan membiarkan teknologi mengendalikannya.
Hidup dengan ADHD dan disleksia mengajarkan saya pentingnya menetapkan prioritas. Saya mulai bertanya pada diri sendiri:
- Apakah ini benar-benar penting untuk saya?
- Apakah ini akan membantu saya mencapai tujuan?
- Apakah saya sedang menggunakan perhatian saya untuk hal-hal yang memberi energi atau justru mengurasnya?
Mengambil kendali atas perhatian bukanlah hal yang mudah. Terkadang, saya masih terjebak dalam spiral notifikasi atau scrolling tanpa tujuan. Tetapi, langkah kecil seperti menonaktifkan notifikasi atau menetapkan waktu khusus untuk media sosial sangat membantu saya untuk tetap waras di dunia yang penuh distraksi.
Hidup dengan ADHD dan disleksia mungkin terasa seperti perjalanan di dua dunia yang bertentangan. Namun, saya percaya, jika kita bisa belajar untuk menyadari ke mana perhatian kita diarahkan, kita bisa menciptakan harmoni di antara dua dunia tersebut.
"Perhatian adalah bentuk kasih sayang paling murni. Apa yang kamu perhatikan, itulah yang kamu rawat." Imam Setiawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H