Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

ADHD, Disleksia dan Seni Fokus di Era Digital

23 Januari 2025   18:25 Diperbarui: 23 Januari 2025   15:24 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ADHD, Disleksia, dan Seni Fokus di Era Digital

Ketika kecil, saya terobsesi dengan novel fantasi yang bercerita tentang sebuah planet yang memiliki dua dunia berbeda: satu dunia berisi android humanoid dan oksigen yang mahal, dan dunia lainnya penuh dengan keajaiban tanaman magis, peri, dan unicorn. Saya senang mengikuti perjalanan tokoh utamanya yang terus melompat dari satu dunia ke dunia lainnya, menghadapi tantangan di setiap perpindahan.

Saya baru menyadari, bertahun-tahun kemudian, bahwa cerita itu adalah cerminan kehidupan saya sendiri. Dua dunia itu adalah metafora sempurna untuk kondisi saya sebagai seseorang dengan ADHD dan disleksia---dua hal yang selalu bersaing untuk merebut perhatian saya.

Bagaimana mungkin saya menikmati dunia peri yang penuh ketenangan jika "android" di kepala saya terus berteriak tentang tagihan oksigen yang belum dibayar?

Analogi ini mungkin terdengar aneh, tapi begitulah saya hidup. Setiap hari, pikiran saya berjuang untuk fokus. Dunia digital dan tuntutan hidup modern membuat segalanya semakin rumit. Perhatian kita kini menjadi komoditas yang paling mahal.

Ketika saya masih kecil, dunia terasa jauh lebih sederhana. Tetapi dengan hadirnya teknologi, perhatian kita tidak lagi milik kita sendiri. Notifikasi, media sosial, dan algoritma dirancang untuk menarik perhatian kita setiap detik.

Sebagai seseorang dengan ADHD, perhatian saya adalah sumber daya yang sangat terbatas. Ada hari-hari di mana saya merasa seperti sedang memikul dunia, hanya karena saya tidak bisa mengarahkan fokus pada satu hal saja. Bahkan membaca paragraf sederhana bisa menjadi perjuangan besar.

Bayangkan, Anda bangun dengan 100 unit energi perhatian setiap hari. Lalu, 10 unit dihabiskan untuk notifikasi ponsel, 20 unit untuk media sosial, 15 unit untuk membalas pesan, dan sisanya tersedot ke hal-hal yang tidak terlalu penting. Di akhir hari, Anda merasa lelah, tapi entah kenapa tidak tahu ke mana semua energi itu hilang.

ADHD mengajarkan saya satu hal penting: perhatian adalah kekuatan, tetapi juga tanggung jawab. Kita harus sadar pada apa yang kita fokuskan.

Misalnya, pernahkah Anda mengambil ponsel untuk mencari sesuatu, tetapi akhirnya malah tersesat dalam scroll tanpa akhir di Instagram? Tiba-tiba, Anda lupa alasan awal Anda memegang ponsel. Itulah jebakan terbesar dunia digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun