Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Disleksia : Di Balik Jeruji Ketidaktahuan

12 Desember 2024   12:55 Diperbarui: 10 Desember 2024   19:57 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrasi : chatgpt.com

Kemajuan teknologi menawarkan harapan baru. Aplikasi seperti Text-to-Speech, Speech Recognition, dan AI-driven Educational Tools telah membantu jutaan disleksia di seluruh dunia. Misalnya, aplikasi Read&Write dan Dyslexia Toolbox memungkinkan anak-anak dengan disleksia untuk mengakses materi pelajaran dengan cara yang sesuai dengan kemampuan mereka.

Namun, teknologi hanya alat. Perubahan yang lebih besar harus dimulai dari kebijakan pendidikan inklusif yang tidak hanya memahami disleksia, tetapi juga mendukung keunikan setiap individu.

Saya ingat betul saat masih kecil, huruf-huruf di buku seperti menari. Setiap upaya untuk membaca berakhir dengan rasa frustrasi dan air mata. Dunia terasa seperti penjara, bukan karena jeruji besi, tetapi karena ketidaktahuan orang di sekitar saya.

Beruntung, saya memiliki orang tua dan guru tertentu yang melihat potensi di balik kekurangan saya. Mereka memberi saya kesempatan untuk belajar dengan cara saya sendiri. Namun, tidak semua orang seberuntung itu. Banyak anak disleksia di Indonesia yang terus terjebak dalam "penjara pendidikan" tanpa dukungan yang memadai.

Mengatasi masalah ini membutuhkan kerja sama. Para pendidik harus diberi pelatihan untuk memahami disleksia. Pemerintah perlu mengalokasikan sumber daya untuk diagnosis dini dan dukungan khusus. Dan kita, sebagai masyarakat, harus belajar untuk melihat disleksia bukan sebagai kelemahan, tetapi sebagai cara berpikir yang berbeda.

Sebagai seorang pendidik sekaligus disleksia, saya percaya bahwa setiap anak, termasuk mereka yang memiliki disleksia, memiliki potensi untuk sukses. Namun, mereka membutuhkan kunci untuk membuka jeruji yang mengurung mereka: empati, pendidikan inklusif, dan kesempatan.

"Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia." -- Nelson Mandela

Mari kita pastikan bahwa senjata itu tersedia untuk semua, termasuk mereka yang disleksia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun