Dyslexia bukan Disabilitas tapi Pahlawan Super
Di akhir semester guru saya memberikan hasil laporan pada ayah saya dan berkata : "Imam adalah anak yang sangat ramah dan mudah bergaul. Ia sopan dan menyenangkan. Namun, dalam hal akademik, konsentrasi Imam sangat rendah. Ia akan membutuhkan bantuan tambahan tahun depan, khususnya dalam membaca dan fonetiknya."
Sejak saat itu, perjalanan saya dengan membaca, menulis, mengeja, dan ujian standar menjadi penuh perjuangan. Di sekolah, saya sering berada di kelas dengan tingkat kemampuan terendah untuk sebagian besar mata pelajaran.Â
Saya juga mengikuti kelas tambahan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan pemahaman. Tetapi, saya tidak pernah benar-benar mengerti apa yang salah dengan diri saya. Saya mencoba keras, tetapi saya berpikir bahwa saya hanya sedikit lambat atau bahkan bodoh.
Dyslexia berasal dari kata Yunani dys yang berarti sulit atau buruk, dan lexia yang berarti kata atau bahasa. Secara sederhana, disleksia adalah kesulitan dalam memproses kata atau bahasa. Namun, definisi formal menyebutnya sebagai gangguan belajar spesifik yang memengaruhi kemampuan membaca, menulis, dan mengeja.
Banyak orang menganggap dyslexia sebagai hambatan, bahkan sebuah cacat. Tetapi, apa benar demikian? Bagaimana jika saya katakan bahwa disleksia sebenarnya adalah sebuah kekuatan super?
Dalam perjalanan saya, saya menemukan tiga sisi positif yang jarang diketahui orang tentang disleksia:
- Kreativitas yang Unik
Banyak penderita dyslexia memiliki kemampuan artistik dan kreativitas yang luar biasa. Lihatlah nama-nama besar seperti Pablo Picasso, Steven Spielberg, dan Orlando Bloom. Mereka semua menghadapi disleksia, tetapi itu tidak menghentikan mereka untuk berkarya.
Seperti mereka, saya juga menemukan kreativitas sebagai pelarian dari tekanan akademik. Ketika sekolah terasa terlalu sulit, saya menyalurkan energi saya ke seni, musik, dan olahraga. Bahkan, saya pernah menghiasi kamar saya sendiri dengan graffiti. Orang tua saya, yang sangat mendukung, memutuskan untuk melihat ini sebagai cara saya mengekspresikan diri.
Penelitian menunjukkan bahwa otak penderita disleksia sering kali mengandalkan sisi kanan yang bertanggung jawab atas kreativitas, imajinasi, dan pemikiran holistik. Hal ini menjelaskan mengapa banyak dari kami unggul di bidang seni dan desain.
- Kemampuan Memecahkan Masalah
Dyslexia juga memberi saya kemampuan untuk melihat dunia dengan cara yang berbeda. Saya tidak hanya berpikir di dalam kotak saya bahkan tidak melihat kotaknya! Kemampuan ini membantu saya menjadi pemecah masalah yang kreatif dan inovatif.
Richard Branson, pendiri Virgin Group, dan Jamie Oliver, koki terkenal, adalah contoh nyata penderita dyslexia yang sukses di dunia bisnis. Mereka memiliki kemampuan luar biasa dalam mengenali tren dan menciptakan solusi yang inovatif.
- Kemampuan Berpikir Spasial
Banyak penderita dyslexia memiliki kemampuan berpikir spasial yang hebat kemampuan untuk membayangkan sesuatu dari berbagai perspektif. Ini adalah kekuatan yang sangat penting dalam bidang arsitektur, desain, dan teknik.
Saya sendiri mengalaminya ketika mendesain sampul buku tahunan sekolah. Meski nilai akademik saya tidak cemerlang, proyek ini memberi saya kepuasan dan keyakinan bahwa saya memiliki bakat yang unik.
Sayangnya, hanya 3% dari populasi yang percaya bahwa dyslexia adalah sesuatu yang positif. Kebanyakan anak dengan dyslexia tumbuh dengan perasaan malu, marah, atau bahkan bodoh. Perasaan ini tidak hilang begitu saja setelah mereka meninggalkan sekolah. Banyak dari kami yang menyembunyikan kondisi ini dari dunia kerja karena takut dianggap tidak kompeten.
Namun, dunia sedang berubah. Di era Revolusi Industri, keterampilan seperti kreativitas, pemecahan masalah, dan imajinasi menjadi semakin penting. Dan, inilah saatnya para penderita disleksia bersinar.
Jika Kalian merasa berbeda, ingatlah: Kalian tidak cacat. Kalian hanya memiliki cara berpikir yang unik cara berpikir yang bisa menjadi kekuatan super Kalian. Dunia membutuhkan kreativitas, imajinasi, dan solusi inovatif. Dan Kalian, sebagai penderita disleksia, memiliki semuanya.
Mari kita ubah cara pandang masyarakat. Mari kita tunjukkan bahwa dyslexia bukanlah hambatan, melainkan sebuah anugerah.
Saya, Imam Setiawan, dengan bangga mengatakan bahwa saya adalah seorang dyslexic bukan cacat, tetapi seorang pemilik kekuatan super.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H