"Disleksia: Melihat Pola, Mengubah Dunia"
Ketika saya kecil, disleksia sering kali dianggap sebagai kelemahan, bahkan sebuah hambatan besar. Saya sendiri hidup dalam kerangka itu, merasa terperangkap dalam ketidakmampuan membaca seperti teman-teman saya. Namun, seiring perjalanan waktu, saya belajar bahwa disleksia bukanlah kelemahan; itu adalah kekuatan super yang tersembunyi. Dunia hanya perlu memahami bagaimana cara kerja otak disleksik.
Sebagai seorang disleksik yang juga menderita ADHD, saya sering melihat dunia secara berbeda. Saya memperhatikan pola dalam hal-hal yang orang lain anggap acak. Saya menemukan pola-pola dalam huruf yang dulu terasa membingungkan, dalam cerita, bahkan dalam interaksi sosial. Apa yang awalnya tampak seperti tantangan justru menjadi cara unik saya memahami dunia.
Para ahli seperti Sandra Rief dan Judith Stern dalam buku The Dyslexia Checklist menyebutkan bahwa individu dengan disleksia sering memiliki bakat khusus dalam pemikiran visual-spasial dan kesadaran tiga dimensi. Hal ini membuka jalan bagi karier di bidang desain, arsitektur, teknik, fotografi, dan bahkan intelejen.
Dalam buku The Everything Parents Guide to Children with Dyslexia, Abigail Marshall menjelaskan bagaimana otak disleksik cenderung lebih kuat dalam pemikiran visual dan spasial dibandingkan dengan pemikiran verbal sekuensial yang lebih dihargai di sekolah tradisional.
Ini sejalan dengan teori Dr. Howard Gardner tentang kecerdasan majemuk, yang menunjukkan bahwa individu dengan disleksia sering unggul dalam kecerdasan visual, naturalis, dan interpersonal.
Saya teringat pada salah satu momen di sekolah dasar ketika guru meminta kami menggambar peta imajinasi. Teman-teman saya menggambar garis-garis lurus sederhana, tetapi saya malah menggambar sesuatu yang penuh detail, dengan jalan-jalan yang terhubung, rumah-rumah kecil, dan bahkan sistem air.
Guru memandang hasil kerja saya dengan heran, "Kamu melihat ini semua dalam pikiranmu?" Saya mengangguk. Namun, itu juga momen ketika saya menyadari bahwa cara saya berpikir sangat berbeda.
Sebagai orang dewasa,seorang pendidik anak berkebutuhan khusus dan dalam perjalanan disleksia keliling nusantara saya sering memanfaatkan kekuatan ini untuk membantu anak-anak dengan kebutuhan khusus. Saya melihat pola dalam perilaku mereka, cara mereka belajar, dan bagaimana mereka bisa berkembang. Pola-pola ini membantu saya memahami bahwa setiap anak unik, dan tugas saya adalah membimbing mereka untuk menemukan cara belajar yang sesuai dengan otak mereka.
Dunia dipenuhi dengan peluang bagi mereka yang mampu melihat pola. Mereka yang dianggap "berbeda" di ruang kelas sering kali menjadi inovator dan pemimpin di dunia nyata.
Sebagai seorang pendidik, saya sering berbicara kepada orang tua dan guru: jangan hanya fokus pada kesulitan membaca anak-anak dengan disleksia, tetapi perhatikan apa yang mereka kuasai. Seorang anak mungkin kesulitan membaca buku cerita, tetapi mereka bisa menjadi ahli dalam membangun Lego, menyelesaikan teka-teki, atau bahkan memvisualisasikan struktur kimia kompleks seperti cerita tentang Peri.
Disleksia bukan hanya tantangan, tetapi juga kekuatan. Kuncinya adalah memahami dan mendukung potensi yang ada. Dunia membutuhkan lebih banyak orang yang melihat pola, yang berpikir di luar kebiasaan, dan yang berani bermimpi besar.
Sebagai penutup, izinkan saya mengutip kata-kata dari seorang advokat disleksia, Sally Gardner:
"Disleksia adalah cara berpikir yang berbeda, cara melihat dunia yang unik. Ketika dunia menghargai keragaman ini, kita menciptakan inovasi, kreativitas, dan kemajuan yang tak terbayangkan."
Mari kita dukung anak-anak dengan disleksia untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri karena mereka tidak hanya melihat pola dalam dunia, tetapi juga menciptakan pola-pola yang mengubah dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H