Saya ingat momen di mana strategi ini benar-benar membantu saya. Saat itu, saya dihadapkan pada tugas yang sangat menakutkan menulis bab pertama dari buku yang ingin saya selesaikan. Kali ini, saya mencoba mengikuti petunjuk ayah saya: memecah tugas menjadi langkah-langkah yang lebih kecil. Setiap hari, saya hanya fokus menulis satu paragraf. Ketika akhirnya saya menyelesaikan bab pertama, rasanya seperti memenangkan pertarungan yang panjang. Saya belajar bahwa, meskipun saya memiliki kelemahan dalam executive function, saya bisa mengatasinya dengan strategi yang tepat dan kesabaran.
Namun, ada hal lain yang membuat perjalanan saya semakin menantang ADHD yang saya alami. Paduan antara disleksia dan ADHD adalah seperti perang yang berlangsung terus-menerus di dalam kepala saya. Fungsi eksekutif saya tidak hanya terganggu oleh kesulitan membaca dan menulis, tetapi juga oleh ketidakmampuan untuk fokus, gangguan dalam pengendalian diri, dan sering kali, ketidakmampuan untuk menyelesaikan sesuatu sesuai rencana.
Misalnya, ketika saya mencoba mengerjakan tugas yang memerlukan perhatian penuh, otak saya selalu "sibuk." Ada begitu banyak ide yang datang, tetapi semuanya berantakan, seperti gelembung-gelembung yang muncul dan meledak tanpa sempat saya tangkap. Bahkan saat menulis buku ini, sering kali saya merasa seperti melawan angin---berusaha memegang satu ide sementara ide-ide lain terus berlarian dalam pikiran.
Saya telah melalui masa-masa buruk di mana saya merasa tidak mampu. Namun, saya juga mengalami kemenangan-kemenangan kecil yang membawa saya sampai di titik ini. Disleksia dan gangguan pada executive function mungkin tak akan pernah hilang dari hidup saya, tetapi saya belajar untuk menerima kekacauan ini sebagai bagian dari diri saya. Dengan menerima, saya bisa bergerak maju. Kuncinya bukan untuk mencari kesempurnaan, tetapi untuk mencari cara agar saya bisa tetap berfungsi di tengah kekacauan.
Pengalaman buruk mengajarkan saya bahwa disleksia bukanlah sekadar tantangan membaca, tetapi tantangan dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Namun, pengalaman baik, seperti yang saya alami bersama ayah saya, menunjukkan bahwa dengan dukungan, strategi, dan ketekunan, bahkan fungsi eksekutif yang lemah pun bisa dikelola.
Disleksia bukanlah akhir dari segalanya itu adalah bagian dari perjalanan yang penuh dengan pelajaran. Di setiap kesulitan, selalu ada cara untuk bertahan dan, pada akhirnya, merayakan kemenangan yang datang, sekecil apa pun itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H