Dari pengalaman pribadi saya, saya mulai mengembangkan solusi yang juga saya bagikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus, guru, dan orang tua:
- Visualisasi Waktu: Menggunakan kalender atau jadwal visual dengan warna-warna berbeda membantu anak-anak melihat tugas-tugas mereka dengan lebih jelas. Ini juga bisa digunakan oleh orang dewasa yang memiliki masalah serupa.
- Pecah Tugas Menjadi Langkah Kecil: Anak-anak dengan disleksia sering kali kewalahan dengan tugas besar. Mengajari mereka memecah tugas menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dapat membantu mereka lebih mudah mengelola waktu.
- Gunakan Teknologi: Aplikasi pengingat, alarm, dan timer adalah alat bantu yang sangat efektif untuk mengingatkan anak-anak (dan orang dewasa) tentang apa yang harus dilakukan dan kapan.
- Tetapkan Prioritas: Ini adalah salah satu hal terpenting yang harus diajarkan kepada anak-anak dengan disleksia. Tugas mana yang harus diselesaikan lebih dulu, dan mana yang bisa ditunda? Guru dan orang tua perlu membantu anak-anak dalam proses ini.
- Berikan Ruang untuk Kesalahan: Baik anak-anak maupun orang dewasa dengan disleksia perlu diberi ruang untuk membuat kesalahan. Bukan hukuman yang dibutuhkan ketika mereka gagal mengelola waktu, melainkan dukungan dan solusi yang konkret.
Mengelola waktu bagi orang dengan disleksia bukanlah tugas yang mudah. Dari pengalaman saya di masa sekolah, dunia kerja, hingga menjalankan program "Disleksia Keliling Nusantara," saya menyadari bahwa manajemen waktu adalah keterampilan yang terus berkembang. Setiap kali kita membuat kesalahan, itu adalah peluang untuk belajar. Dan bagi anak-anak dengan disleksia, guru dan orang tua adalah pendamping penting dalam proses mereka mengembangkan keterampilan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H