Â
menuju lapangan menggendong lelayang bertali teraju
serta bapak tiga anak berbenang setebal urat leher tangan
layang-layangnya meningkahi sesekali, lelayangku sendam
geram gusar menebang dari bawah, lelayangku acuh bergeming
akhirnya menerabas, sial julak itu, limbung lelayangku putus
mengejar belantara ilalang, menggelinjang tumit diraba putri malu
tak hirau, tak hirau, tak hirau semua, segala
itu nyawa sore serta kekawan, jangan ada yang ikut mengejar!
Â
menggertak senja, nisan berkembang baru itu bermuara lancip
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!