Mohon tunggu...
Imam Buchori
Imam Buchori Mohon Tunggu... Politisi - Welfare activists, Democracy researchers and critics abuse of Political Power

Alumnus Political Science & Non-Partizan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Oksimoron Seorang Technolibertarians Dialah "Peter Thiel"

14 Januari 2021   23:21 Diperbarui: 15 Januari 2021   03:50 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustration by pawelpiechnik.com

Kembali pada sosok  thiel dari segi aliansi politisnya, pada 2016 lalu thiel menjadi patron terdepan dalam kampanye pilpres amerika untuk mendukung trump, di tambah para kolega thiel termasuk alex karp (penganut neo-Marxis dan pernah mendapuk gelar doktornya dalam “teori neo-klasik” di universitas Goethe jerman, yang dimana itu kediaman studi dari ilmuan politik  Jurgen Habermas), karp terciduk berada di trump tower setelah pemilihan pilpres terdahulu.

Kemudian thiel yang Terlihat bagaimana ia menunjukan sisi batang hidungnya di media-media maupun opininya, di satu sisi memobilisasi pasukan dari silicon valley untuk mendompleng elektabilitas trump walaupun di lain pihak pribadi trump kurang di sukai oleh warga kota perteknologian di sana. Anehnya di tahun 2020 pada  pilpres amerika bulan november. Thiel sama sekali tak terlihat seperti pergerakan politik arus utamanya trump seperti di empat tahun kebelakang.

Kemudian jika melihat produk palantir gotham dan metropolis buatan thiel  yang bermitra dengan pemerintah,.  di gunakan sebagai penambangan data untuk misi spionase dari kalangan intelijen, militer, polisi, pemburu teroris, krimimal, pencatatan bank dan semua  pola pelacakan tersembunyi lainnya. Produk dari thiel juga di anggap bisa sebagai tameng dari kontra-ancaman di masa depan kelak. Itu semua di lakukan demi terpenuhinya birahi para pelaku ambisius penguasa global.

Ini sempat di interpretasikan oleh Sharon weinbeger dalam nymag.com, mengenai buku dari Mark Bowden berjudul The Finish bahwa perkara di tahun 2011 yang sukses menangkap pelaku teroris Osama Bin Laden, palantir di beri pujian atas analisa dan pengumpulan data, yang mulanya di kontrol oleh kantor kesadaran informasi atau The  Information Awareness Office (IAO) dengan program TIA (Total Information Awareness) berfungsi sebagai pengumpulan informasi detail demi mencegah kontra-terorisme, pelacakan, dan keamanan nasional amerika.

Tahun 2019 palantir kembali memenangkan tender dengan kurun waktu sepuluh tahun dengan jumlah US$876 dolar   untuk DCGS-A (The Distributed Common Ground System-Army)  yang tak lain sebagai cabang lembaga intelijen amerika. Di samping itu pula dalam tahun yang sama palantir memperbaharui kontraknya dengan kantor Bea Cukai dan keimigrasian,. Yaitu palantir di fungsikan dalam hal penemuan  sasaran imigran ilegal yang akan di deportase dari amerika di rezim trump.

Bukan hanya itu Dapartemen kesehatan dan layanan kemanusiaan amerika memilih produk palantir dengan imbalan US$25 juta dolar untuk pengumpulan data Covid 19. Selanjutnya Dapartemen urusan veteran memberi juga sekisar US$5 juta dolar perihal identifikasi data kasus wabah Covid 19 perihal kapasitas rantai pasokan, diagnostik laboratorium dan  inventaris rumah sakit.

Baru-baru ini TheMiddleMarket pun menyebutkan thiel sedang dalam wacana ekspansif usahanya di lintasan asia tenggara bersama dengan investor asal hongkong Richard li, melalui peluncuran SPAC (Special-purpose acquisition company) yang bertujuan tidak memiliki operasi tetapi berencana untuk go public dengan maksud mengakuisisi atau merger dengan perusahaan yang memanfaatkan hasil Penawaran Umum Perdana.

Objek sasarannya pun sudah merambah pada Negara-negara ASEAN seperti Vietnam, Thailand dan Indonesia. Ini semua berkat ketegangan perdagangan antara China dengan para mitra dagangnya akibat dampak ekonomi pandemic korona, hasilnya arah pembuat kebijakan merubah letak area perdagangan dari China menuju prospek pertumbuhan investasi berada di domain asia tenggara.

Bagi saya apa yang di kehendaki oleh thiel tidak lebih dari menjadikan sebuah teknologi  semacam sumber daya alam  yang di ektraksikan dalam bentuk data-data privasi, seperti dikala misal akun digital pribadi anda dari platform whatsapp, gmail, instagram, twitter, tiktok, telegram, m-banking, dokumen pribadi, dst., atau tarulah kamera depan handphone iphone or android anda yang berperan sebagai CCTV untuk mengawasi diri anda sendiri dibobol untuk kepentingan tertentu oleh orang tak bertanggung jawab. ataupun dengan embel-embel inovasi yang di tawarkan oleh para “dukun teknologi” tersebut, padahal  realitasnya telah menjadi manifesto komodifikasi. Itu semua di komersialisasikan demi keuntungan pundi-pundi “emasnya” sendiri, dan bukan untuk kepentingan masyarakat luas di amerika atau pun secara global.

Dunia perteknologian sebagai inovasi nyata telah di ubah menjadi bentuk utopia yang step by step  menjadi fasilitator demi mengkonstruksikan narasi Neo-feudalisme. Dari sini mungkin terkesan saya terlalu memposisikan diri sebagai  antek-antek “Neo-luddisme”, tetapi coba pahami dan kalau boleh saya mengajukan pertanyaan apakah bisa kecanggihan teknologi  di pergunakan untuk menyelesaikan kasus rasisme kulit hitam di amerika?  Atau kemiskinan atas banyaknya pengangguran? Atau kerusakan lingkungan? apa bisa mengentaskan kelaparan kaum urban di sana? atau mungkin mengakomodir perawatan kesehatan gratis bagi kelas menengah ke bawah?  Atau bagaimana teknologi bisa menyelesaikan masalah kompensasi penggusuran dengan nilai yang layak?

Mungkin Begini saja bagaimana seandainya teknolibertarian bisa meluruskan hukum moral sehingga bisa memberi keadilan kepada Julian Assenge atas kemurahan hatinya memberikan gratis informasi ramuan pribadi perusahaan CIA, di saat  lembaga intelijen itu dengan leluasa meretas ponsel pribadi kalian, komputer anda-anda dan apapun yang terhubung dengan internet, bisakah ini dijawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun