Mohon tunggu...
Imam Buchori
Imam Buchori Mohon Tunggu... Politisi - Welfare activists, Democracy researchers and critics abuse of Political Power

Alumnus Political Science & Non-Partizan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Oksimoron Seorang Technolibertarians Dialah "Peter Thiel"

14 Januari 2021   23:21 Diperbarui: 15 Januari 2021   03:50 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustration by pawelpiechnik.com

Dalam pengetahuan empiris Borsook perihal segi privasi dia melihat Di Eropa dan Amerika Serikat, polisi dan agensi lain ingin merekam semua data telekomunikasi, mereka ingin memata-matai email Anda, mereka ingin meninggalkan penjelajahan anonim dan remailer anonim. Jadi bagaimana seandainya ketika privasi anda di ulik-ulik oleh orang tak di kenal, sekalipun juga yang anda kenal.

Tentu anda akan merasa tak nyaman rahasia dapur di ulek apalagi itu di pergunakan oleh institusi formal negara yang alih-alih melindungi hak individual berbalik keblinger “menelanjangi” warganya sendiri. Sampai-sampai pemirsa Indonesia pun bukan hal yang sulit untuk bisa di korek jejak privasinya masing-masing dari hulu dalam kota  kulturtekno  di silicon valley sana.

Lanjutnya dalam menilai kondisi di California, borsook tidak setuju dengan adanya revolusi digitalisasi  sekalipun mau di kemas dengan revolusi mobil, revolusi telegraf, atau revolusi listrik, sebab di anggap tetap  hanya menjadi sebuah narasi propaganda bagi seorang teknolibertarian yang berstatus sebagai agen cukongnisasi dengan pemerintah di sana. Ketika bagaiamana ceritanya sebuah ‘kabel’ bisa menjelma sensasi di dunia penginternetan, kemudian berbuah ‘ekonomi terbaharukan’ dalam ruang-ruang cyber yang tak material?

Sayangnya prodak-prodak mewah bin canggih tak bisa menjinakan semua kesengsaraan manusia. Sehingga terjadi lah ‘manipulasi pasar’ yang di sajikan oleh para pesohor ‘teknolog-isme’, liat saja di amerika hampir jarang terjadi kelangkaan sektor energi., Terkecuali itu di fiksikan. Di tambah masifnya legislator yang naif, membuat suatu konsensus kepada peloby misterius yang berasal usul dari antah berantah tuk membuat suatu keran deregulasi.

Dan taraaa! Apa yang terjadi? ternyata Itu semua dihidangkan pada baginda kanjeng lord pemilik perusahaan utilitas industri tertentu yang bersolidaritas dengan lembaga negara. Demi untuk mengaduk-aduk sistem yang di keroyok oleh elit oligarki.

Bahkan halaman depan New York Time pun pernah merilis perihal apa yang akan di respon oleh teknolibertarian di saat menghadapi jalan terjal dari kaum menengah  terampil yang merasakan peliknya pengangguran struktural kronis?

Ini pun mendapat tanggapan tak jauh beda dari rilisan organisasi serikat buruh United Auto Workers, mereka membayangkan pasti jawaban dari para teknolibertarian akan seperti ini ‘Nah, penjahat kerah biru(buruh) itu adalah pemikiran Gelombang Kedua inersia terkutuk, diri mereka sendiri yang membuat mereka menganggur.’

Namun sebaliknya apa yang akan mereka katakan pada pekerja kerah putih(kantoran) yang sudah paten pada skil teknologi komputer?., lalu bagaimana bisa pejabat yang tidak tahu-menahu akan ilmu sejarah juga ilmu politik maupun berinteraksi dengan mahluk sosial lainnya, membentuk suatu keputusan bersifat kearah publik dan tak memikirkan dampaknya?, Sebab yang mereka tahu lebih gampang mendapatkan penghasilan melalui pemrograman, dan terkadang memang lebih mudah berinteraksi dengan email di bandingkan dengan dunia nyata. Itu yang banyak di praktiskan oleh para ahli kecanggihan.

Teknoliberarian seharusnya lebih mencemaskan pemerintah besar yang buruk, tetapi nahasnya mereka lebih mempunyai obsesi tentang yang terpenting ladang panen yang cerah dan keindahan yang fana. Terlepas dari itu mereka pun cuek-cuek saja pada cerita nyata invasi privasi yang basi di benak nurani teknolibertarian. Mengalahkan kilat di mana dunia internet di ekploitasi, demi memperdagangkan database konsumen juga preferensi pembelinya.

Dilacaknya “calang(calon langganan)” dari ujung kaki sampai ujung ubun-ubun di cukur sebisa mungkin. Akhir dari cerita teknologi,  hanya masif melihat kemewahan inovasi kemudian meminggirkan dampak aspek ekologi,  dan jika memilih ending yang lebih tepat maka   kehancuran lingkungan yang lebih pasti. Tercemarkanlah limbah beracun oleh bahan dasar perangkat keras dari pembuatan bermacam-macam teknologi. 

Sebut saja semacam material ampasan  semikonduktor dan plastik itu sendiri yang biasa kita lihat di perusahaan industri “kekinian” juga barang-barang pribadi seperti elektronik dan berbagai jenis gadget yang setiap hari sudah jadi kebutuhan konsumerisme utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun