Mohon tunggu...
Imam Basori
Imam Basori Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen

Senior Lecturer

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Muhasabah

24 April 2015   19:44 Diperbarui: 1 Juli 2023   10:14 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Santri  : "Kiai,  kenapa tiap hari kita hanya diajarkan surat Al Maun saja?, ada apa dengan  Surat Al Ma’un? Lantas kapan kita bisa mengkhatamkan Al-Quran?". Kiai diam saja tidak menjawab  sepatah katapun. Hari berikutnya, tetap saja hanya surat Al-Maun yang diajarkan oleh Sang Kiai kepada santri-santrinya. Namun, suatu ketika kiai menjawab pertanyaan santri-santrinya, “Wahai para santri, kenapa saya selalu mengajarkan Surat Al Maun?, ketahuilah bahwa didalam surat Al Maun terdapat perintah agar kita tidak menelantarkan orang miskin dan menghardik anak yatim. Bahkan, lanjut kiai, didalam surat (Al Maun) tersebut dijelaskan bahwa orang yang berbuat demikian adalah termasuk pendusta agama. Maukah kita dikatakan sebagai pendusta agama?, tentu saja tidak.", kata Kiai. Itulah sebabnya mengapa sang kiai selalu mengajarkan Surat Al-Maun, tidak saja mengajarkan tetapi lebih dari itu yakni harus bisa mengamalkanya.

Dari dialog tersebut dapat kita ambil pelajaran bahwa berdakwah atau dalam bahasa sehari-hari bisa kita artikan "mengajak", atau menyerukan orang lain untuk berbuat kebaikan, maka harus dimulai dari diri sendiri. Maka sangat tepat jika Kiai tadi mengajarkan Al Quran sekaligus mengamalkannya seketika itu juga. Dan ingat sabda nabi "sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia sekelilingnya", maksudnya adalah kita harus bisa menjadi umat yang bermanfaat bagi siapa saja, tanpa memandang suku, ras, bahasa, bangsa ataupun golongan.

Bahkan Gus Dur pernah berujar, "gak penting apa pun agama atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu". Hal ini menunjukkan bahwa berbuat baik kepada sesama itu tidak boleh melihat suku, agama, ras, ataupun golongan. Berbuat baik, ya berbuat baik saja, tanpa adanya pertimbangan tertentu. Jadi, sejatinya Islam itu mengajarkan pluralisme, bukan primordialisme. Islam itu mengajarkan inklusivisme dan bukan eksklusivisme. Islam itu adalah agama yang memberikan rahmat bagi setiap pemeluknya, bahkan Islam sangat menghormati dan mengakui keberadaan agama-agama sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun