Indonesia sebagai negara Pancasila memfasilitasi dan mengakomodasi penyelenggaraan aktivitas keagamaan setiap warga negara, dan juga membebaskan warganya untuk memeluk agama atau keyakinannya masing-masing. Maka, disini Pancasila tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama apapun.
Ditegaskan dalam Pancasila sila pertama yang berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa bahwa negara Indonesia bukanlah negara yang berdasarkan suatu agama dan juga bukan negara yang memisahkan agama dengan negara.Â
Tetapi, negara Indonesia adalah negara ketuhanan yang mana agama dipercaya sebagai roh atau nilai spiritual keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga prinsip ketuhanan dicantumkan oleh sila Pancasila yang merupakan dasar serta ideologi negara Indonesia.Â
Agama mengajarkan hal demikian agar setiap pemeluknya taat dalam beragama dan mencintai tanah airnya. Keduanya saling mendukung dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. Hal ini termasuk hubungan negara dan agama berdasarkan Pancasila. Yang mana keduanya saling membutuhkan, di mana agama memberikan kerohanian dalam berbangsa dan bernegara sedangkan negara menjamin kehidupan keagamaan yang dapat berlangsung dengan aman, tentram dan damai.
Agama dan Pancasila memiliki kesamaan fungsi, yaitu sebagai nilai dan alat untuk mencapai kesejahteraan lahir batin masyarakat. Tidak berlebihan kalau di ibaratkan roda kanan dan kiri sebuah kendaraan. Fungsi roda tersebut sama sebagai penggerak badan kendaraan untuk menempuh satu tujuan tertentu, namun perannya yang berbeda. Agama berperan sebagai perekat sosial dan pembina ruhani, sedangkan Pancasila berperan sebagai pedoman (ideologi) bernegara.Â
Agama adalah rumah besar yang menyajikan tata kelola mental, spiritual dan seluruh sendi kehidupan manusia, sedangkan Pancasila adalah rumah besar ragam agama anak bangsa, menyajikan tata kelola negara supaya terarah pada sasaran.
Antara agama dan Pancasila telah terjadi saling dukung dan saling menguatkan. Pancasila mengakui agama dan juga agama mengapresiasi nilai nilai Pancasila. Pancasila memberi ruang yang luas bagi agama. Nilai ketuhanan yang terkandung dalam Pancasila adalah inti ajaran agama. Sementara itu agama menilai positif pada isi Pancasila karena tidak bertentangan dengan doktrin agama. Hal ini merupakan harmonisasi antara agama dan Pancasila.
Harmonisasi antara Agama dan Pancaila dapat diwujudkan dengan:
a. Menghilangkan sekat sekat pemisah antaragama
Merangkul dan mengaktualisasikan beragama yang benar dalam konteks keragaman.
b. Membangun dialog anatarumat beragama
Dialog antar agama juga dapat menjadi cara untuk memperkuat kerukunan umat beragama, meningkatkan kesatuan dan persatuan bangsa, serta menciptakan kesejahteraan dan ketentraman masyarakat.
c. Saling memahami dan menghargai perbedaan-perbedaan
Sikap ini sangat penting untuk menciptakan kedamaian dan harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.
d. Menghargai setiap hak-hak yang dimiliki oleh anatarumat beragama
Sikap toleransi beragama penting karena dapat menghindarkan kita dari pertikaian, pertentangan, dan permusuhan.
e. Tidak memaksakan keyakinan atau agama kepada orang lain
Kebebasan beragama dan menganut kepercayaan merupakan hak asasi manusia (HAM) yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Namun, hak asasi ini bukan berarti tanpa pembatasan, karena setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain.
Indonesia dihadapkan pada tantangan besar untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan dalam keberagaman etnis, suku, budaya, dan terutama agama. Keberadaan Pancasila dan Moderasi Beragama menjadi dua pilar penting pendukung fondasi bagi bangsa ini ditengah dinamika global dan berbagai pergolakan internal. Pancasila dan Moderasi Beragama ini sebagai prinsip untuk memelihara kerukunan antaragama, serta berperan penting dalam membangun Indonesia maju.
Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, terdiri dari lima sila yang mengandung nilai-nilai fundamental yang mendasari kehidupan berbangsa dan bernegara. Lima sila yang mengandung komitmen ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan menandakan komitmen untuk mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi.
Melalui kesaktian Pancasila, bangsa Indonesia diberikan landasan memahami hakikat yang mengikutsertakan bangsa Indonesia, yang memungkinkan berbagai agama dan keyakinan untuk hidup berdampingan dengan damai. Hal ini membentuk sebuah fondasi yang kuat bagi toleransi terhadap perbedaan.
Disisi lain, moderasi beragama adalah pendekatan bijak terhadap agama. Hal ini mengajak umat beragama untuk memahami ajaran agamanya dengan konteks dan pemahaman yang moderat atau tengah-tengah. Moderasi beragama merupakan sebuah panggilan untuk mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, kemanusiaan, kemaslahatan umum, adil, komitmen kebangsaaan, toleransi, kerukunan dan anti kekerasan, dan penghargaan kepada tradisi ke dalam praktik nyata. Kita harus memiliki sikap saling terbuka, rendah hati, berpikir rasional, saling menghormati dan tidak menggunakan kekerasan. Cara kita menerapkan moderasi beragama dikehidupan sehari-hari yaitu dengan;
a. Menghargai perbedaan agama dan keyakinan orang lain
b. Meningkatkan pemahaman tentang agama dan keyakinan orang lain
c. Mempraktikan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari
Untuk mencapai cita-cita menciptakan masyarakat Indonesia yang harmonis, rukun, dan damai. Kita harus memiliki komitmen kebangsaan, untuk menegaskan kewajiban setiap warga negara untuk mengedepankan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Dalam konteks agama, hal ini berarti menghormati dan memahami hak orang lain untuk memilih dan mengamalkan agama masing- masing tanpa adanya tekanan maupun paksaan.
Yang kedua adalah toleransi, yaitu kunci untuk membangun keharmonisan di masyarkat. Masyarakat yang memiliki sikap toleransi dapat menerima perbedaan dan menghormati hak orang lain untuk menentukan keyakinan mereka masing- masing. Sikap ini mencangkup sikap terbuka terhadap diskusi dan dialog antaragama yang menunjukkan saling menghormati dan saling mengerti ataupun memahami.
Yang ke tiga adalah anti kekerasan. Bentuk tindakan kekerasan atau ekstremisme dalam konteks keagamaan itu sangat ditolak pada moderasi beragama. Kebebasan beragama sejatinya tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk melalukan tindakan yang dapat merugikan orang lain dan membahayakannya.
Yang terakhir mencakup pengakuan terhadap tradisi- tradisi keagamaan yang menjadi bagian keseluruhan dari identitas suatu masyarakat. Dengan memahami dan menghormati tradisi ini, kita harus bisa membangun hubungan persatuan yang kuat dan harmonis ditengah keberagaman suku, ras, budaya maupun agama.
Selain empat indikator tersebut, Moderasi Beragama bukan hanya tentang memahami agama, tetapi juga memiliki tujuh esensi atau inti, yaitu :
(1) Menjaga keselamatan jiwa. Esensi demikian ini berarti melindungi kehidupan manusia dari ancaman atau bahaya yang dapat timbul dari ekstremisme atau tindakan keagamaan yang merugikan.
(2) Menjunjung tinggi keadaban mulia. Ini mengacu pada upaya untuk mempromosikan nilai-nilai kebajikan dan etika dalam beragama. Moderasi Beragama juga menekankan bahwa agama seharusnya menjadi sumber inspirasi untuk berbuat baik, mengasihi sesama, dan memajukan kemanusiaan.
(3) Menghormati harkat martabat kemanusiaan, yakni mengakui nilai-nilai dasar yang melekat pada setiap manusia, termasuk hak untuk hidup dengan martabat, kebebasan beragama, dan perlakuan.
(4) Memperkuat nilai moderasi dalam beragama. Ini berarti menghindari ekstremisme dan fanatisme yang dapat mengarah pada konflik atau kekerasan. Moderasi Beragama kemudian mengajarkan bahwa esensi keagamaan juga seharusnya menjadi sumber inspirasi untuk mewujudkan kedamaian dan persatuan, bukan alat untuk memecah belah.
(5) Yang tidak boleh terlewatkan bahwa esensi-esensi Moderasi Beragama adalah menaati komitmen berbangsa sekaligus menghargai kemajemukan, dengan menjaga kebebasan akal, kebebasan berekspresi, dan kebebasan beragama. Hal ini menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan, perkembangan, peradaban manusia, di mana setiap orang dapat hidup dengan damai, sejahtera dan bahagia.
Dengan menghargai esensi Moderasi Beragama, Indonesia juga mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, perdamaian, dan persatuan. Ini tidak hanya menjadi landasan moral, tetapi juga memberikan arah positif bagi kebijakan dan tindakan pemerintah dalam mencapai kesejahteraan bersama.
Dalam konteks global, integrasi Pancasila dan Moderasi Beragama menjadikan Indonesia sebagai contoh yang menginspirasi bagi negara-negara lain yang juga dihadapkan pada tantangan keberagaman. Keberhasilan Indonesia dalam mempertahankan persatuan dan memajukan kesejahteraan bersama dapat menjadi model bagi negara-negara lain yang berusaha mencapai stabilitas dan kemajuan di tengah kompleksitas keberagaman mereka sendiri. Sebagai pemersatu untuk Indonesia maju, Pancasila dan Moderasi Beragama bukan hanya sekadar konsep, tetapi juga merupakan komitmen nyata untuk membangun masyarakat yang harmonis, adil, dan sejahtera. Melalui integrasi nilai-nilai ini, Indonesia bergerak maju menuju masa depan yang lebih cerah dan bermakna untuk seluruh masyarakatnya.
Pancasila dan agama dapat menjadi pemersatu rakyat Indonesia karena Pancasila mengandung nilai-nilai harmonisasi, toleransi, dan terbuka setiap perkembangan jaman. Adapun peran Pancasila sebagai pemersatu bangsa, yaitu:
a. Mengajarkan pentingnya menghargai perbedaan dan bersatu dalam kebinekaan
b. Melindungi segenap rakyat Indonesia serta menjaga keberagaman suku dan budaya
c. Menjamin kehidupan beragama dapat berlangsung dengan nyaman, tentram dan damai
Nah, kesimpulannya adalah agama dan Pancasila itu tidak bertentangan, malah merupakan satu kesatuan sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia. Yang mana keduanya saling membutuhkan dan menguntungkan. Dimana Agama memberikan kerohanian dalam berbangsa, pun Pancasila atau negara menjamin kehidupan keagamaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H