Mohon tunggu...
Imam Ahmad Alaji
Imam Ahmad Alaji Mohon Tunggu... Mahasiswa - Just ordinary Young Environmentalis with a ton of dream.

Beguyur

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Merkuri: Surga Semu Masyarakat Penambang Emas Tradisional di Indonesia

7 Juli 2022   16:13 Diperbarui: 7 Juli 2022   16:14 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi PESK di Indonesia/sumber: Ismawati, petrik & digang (2013)

Efek 'Tambang Rakyat' Di Indonesia

Sumber: https://pulitzercenter.org/id/node/14213
Sumber: https://pulitzercenter.org/id/node/14213

Nyimas
Nyimas, 9 tahun, menderita hidrosephalus sejak usia 3 bulan dan harus menjalani operasi sejak usia 7 bulan untuk mengurangi cairan yang menekan otaknya. Nyimas mengalami perkembangan kognitif yangterhambat dan tidak bisa melakukan apaapa tanpa bantuan orang lain. Ibu dari Nyimas tinggal di area pertambangan emas dan bekerja sebagai penambang emas selama hamil. Dokter menyimpulkan kondisi Nyimas disebabkan oleh tingginya paparan merkuri yang didapat ibu Nyimas selama masa kehamilan (Larry Price, 2016).

 Sumber: https://pulitzercenter.org/stories/mercurypoisoning-among-indonesian-mining-communities
 Sumber: https://pulitzercenter.org/stories/mercurypoisoning-among-indonesian-mining-communities

Rini
Rini, 15 tahun, menderita kelumpuhan parah dan tidak bisa berjalan. Lengannya pun hanya bisa digerakkan secara terbatas. Ia mulai sakit seperti ini sejak usia 2 tahun. Dokter mencurigai penyakit Rini ini disebabkan karena keracunan merkuri dari pabrik dan tambang emas yang banyak terdapat di sekitar tempat tinggalnya. Selain itu, Ibu Rini bekerja di pertambangan emas saat masih mengandung rini.


Jika berkaca pada mengerikannya dampak yang ditimbulkan merkuri terhadap manusia, akankah kita masih egois membangun "Surga semu" kita sendiri dengan menciptakan Neraka hidup untuk anak cucu kita nanti?

"Bumi ini cukup untuk tujuh generasi, namun tidak akan pernah cukup untuk tujuh orang serakah - Mahatma Gandhi"


Pogung
2002


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun