Mohon tunggu...
Gus Imam
Gus Imam Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pengasuh Ponpes Raden Patah Magetan

Saya adalah seorang hamba Allah yang berusaha dan ingin selalu berada di atas Al Haq (kebenaran), yang mempelajari islam di atas pemahaman para shahabat radhiyallahu'anhum dan mencoba istiqomah di atasnya. Insya allah bi'idznillah. Allah telah berfirman : Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar (QS. AT TAUBAH : 100). Wallohu a'lamu bish showab

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sabar, Simfoni Jiwa Menuju Ridho Ilahi

22 November 2024   18:47 Diperbarui: 22 November 2024   20:33 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di atas kanvas takdir, setiap insan adalah pelukis, dan kesabaran adalah kuas yang menorehkan warna-warni kehidupan. Dalam desah napas yang sarat perjuangan, sabar bukanlah sekadar diam membeku, melainkan harmoni antara harapan dan ketundukan kepada Rabb semesta alam.


Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu pernah berucap, "Tidaklah seseorang dikaruniai sesuatu yang lebih luas dan baik dibandingkan kesabaran." Kata-kata beliau menembus ruang waktu, membimbing kita untuk memahami bahwa sabar adalah cahaya dalam gelapnya ketidakpastian. Bahkan, beliau menegaskan, "Sebaik-baik kehidupan yang kami rasakan adalah dengan kesabaran. Seandainya kesabaran itu ada pada seseorang, niscaya ia akan menjadi orang yang mulia."

Allah sendiri menjanjikan kemuliaan bagi mereka yang sabar:
 
Wa-Allhu yuibbu a-birn
"Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar." (QS. Ali Imran: 146)

Betapa mendalam cinta-Nya, betapa dekat kebersamaan-Nya. Firman-Nya:
 
Wabir inna Allha maa a-birn
"...Dan bersabarlah kalian, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar." (QS. Al-Anfal: 46)

Namun, sabar bukanlah pakaian yang mudah dikenakan. Ada yang kuat melaksanakan ketaatan, tetapi lemah menahan diri dari maksiat. Ada pula yang mampu mengekang hawa nafsu, namun goyah di hadapan beratnya ibadah. Laksana mentari dan bulan, masing-masing memiliki sinar, tetapi tidak setiap insan mampu menggenggam keduanya.

Seperti sabda Rasulullah :
 
Inna Allha idh aabba qawman ibtalhum fa-man raiya fa-lahu ar-ri wa-man saia fa-lahu as-saau
"Sesungguhnya Allah, jika mencintai suatu kaum, Dia akan mengujinya. Barang siapa ridha, maka baginya keridhaan-Nya, dan barang siapa murka, maka baginya kemurkaan-Nya." (HR. At-Tirmidzi)

Orang yang sabar adalah mereka yang tabah menjalani pahitnya ujian, tetapi tidak kehilangan arah kepada Allah. Ketika musibah menimpa, mereka berkata:
 
Inn lillhi wa-inn ilayhi rjin
"Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali." (QS. Al-Baqarah: 156)

Mereka yang demikian itu mendapat janji mulia dari-Nya:
 
lika alayhim alawtun min rabbihim wa-rama wa-lika humu al-muhtadn
"Mereka itulah yang mendapatkan shalawat dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah: 157)

Dalam setiap jejak, sabar memancarkan kebajikan. Para ulama membagi sabar menjadi tiga: sabar dalam ketaatan, sabar dalam meninggalkan kemaksiatan, dan sabar menghadapi ujian. Ketiganya adalah pilar yang menopang iman seorang hamba. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
  .
A-abru imdu al-mni fa-idh naqaati ad-duimu saqaa al-binu
"Sabar adalah tiang penyangga iman. Jika tiangnya roboh, maka runtuhlah bangunan iman."

Sungguh, setiap helaan napas sabar tidak akan sia-sia. Allah berfirman:
 
lika yujzawna al-ghurfata bim abar wa-yulaqqawna fh taiyyatan wa-salman
"Mereka itulah yang akan dibalas dengan kedudukan yang tinggi (di dalam surga) karena kesabaran mereka, dan mereka akan disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya." (QS. Al-Furqan: 75)

Hati ini rindu kepada Allah, kepada surga-Nya, dan kepada perjumpaan dengan-Nya. Tetapi jalan menuju ridha-Nya tak pernah bebas dari ujian. Maka, bersabarlah, wahai jiwa yang rapuh. Bersabarlah seperti Nabi Ayyub 'alaihissalam bersabar dalam derita, seperti Rasulullah bersabar menghadapi cobaan umat.

Mari, kita hiasi hidup dengan sabar. Kita kembalikan segala urusan kepada Allah dengan kalimat doa:

>
Allhumma ajirn f mubat wa-akhluf l khayran minh
"Ya Allah, berilah aku ganjaran atas musibah yang menimpaku, dan gantikanlah dengan yang lebih baik bagiku."

Semoga sabar menjadi lentera yang membimbing kita menuju kebahagiaan abadi. Sebab pada akhirnya, sabar bukan sekadar sikap, tetapi perjalanan menuju Allah, Dzat yang Maha Sempurna.

GUS IMAM (Pengasuh Pondok Pesantren Raden Patah Magetan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun