Mohon tunggu...
Gus Imam
Gus Imam Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pengasuh Ponpes Raden Patah Magetan

Saya adalah seorang hamba Allah yang berusaha dan ingin selalu berada di atas Al Haq (kebenaran), yang mempelajari islam di atas pemahaman para shahabat radhiyallahu'anhum dan mencoba istiqomah di atasnya. Insya allah bi'idznillah. Allah telah berfirman : Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar (QS. AT TAUBAH : 100). Wallohu a'lamu bish showab

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencari Sosok Ideal Pemimpin Magetan

14 Juli 2017   00:40 Diperbarui: 21 November 2024   16:21 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencari Sosok Pemimpin Yang Jujur dan Amanah

Para pemimpin, yang secara politis dan konstitusional,memiliki tanggung jawab dalam mengurus kesejahteraan rakyat belum sepenuhnya mampu menunjukkan tanggung jawab secara holistik. Bahkan, pejabat politik maupun pejabat publik lebih condong berpihak pada kepentingan-kepentingan primordial yang hanya memberikan keuntungan besar bagi diri dan keluarganya.

Mereka tidak tahu atau mungkin "pura-pura" tidak peduli dengan substansi jabatan yang mereka sandang. Janji pada masa-masa kampanye untuk memperhatikan nasib rakyat secara sungguh hanya tinggal janji. Kekuasaan itu kini didistribusi sebagai milik pribadi dan untuk kepentingan pribadi pula.

Representasi pemimpin (daerah) seperti ini dilukiskan Hobbes denganistilah selfish man, yaitu pemimpinyang lebih mementingkan diri sendiri,  yang dapat melakukan apa saja atas manusia lain dan segala kekuatan yang ada di sekitarnya demi memenuhi hasrat  dan kepentingan sendiri (Amir Piliang, 2003). Manusia-manusia selfish man versi Hobbes ini bisa menghalalkan segala cara, termasuk mengeksploitasi tenaga, tubuh dan keterampilan orang lain sebagai suatu komoditas ( for commodity). Pada tataran ini, ruang politik memiliki kecenderungan pada apa yang oleh Habermas, filsuf kontemporer asal Jerman, sebut sebagai "rasionalitas instrumental". Dalam paradigma "rasionalitas instrumental", orang lain (rakyat) hanya dilihat sebagai instrumen atau objek, di mana dengan kehadirannya, tujuan dari tindakanku tercapai.

Dalam hal ini, para pemimpin pragmatis menginstrumentalisasi rakyat untuk menunjang tercapainya tujuan tindakan atau kepentingan pribadinya yang tak lain dan tak bukan adalah menjaga status quo. Dalam karakter politik yang demikian, rakyat jamak diperdaya dengan sekelebat janji kesejahteraan. Ketika belum menjadi pemimpin, mereka mengeluarkan suara-suara kritis berdaya transformatif terhadap sekelumit kejanggalan dalam tubuh bangsa. Rakyat selalu diiming-iming dengan sejumlah janji dan paparan program yang begitu mentereng dan populis. Namun, ketika sudah berhasil merengkuh dayung kekuasaan, gema nyaring suara profetik-transformatif itu semakin hambar dan tak kedengaran lagi.

Pada spektrum ini, secara riil memang rakyat dimanfaatkan untuk sebuah kepentingan politik para pemimpin cerdik. Mereka menjadi korban politik para pemimpin yang suka bohong. Dan semua gejala ini menggiring rakyat, pada sebuah skeptisisme besar terhadap politik dan perangkat-perangkat pembangunnya. Bukan hanya itu, paradigma ini secara nyata akan meruntuhkan harapan munculnya sosok pemimpin ideal yang sudah lama terkonstruksi dalam benak rakyat. Entah berapa lama lagi rakyat harus menunggu hadirnya sosok pemimpin yang mereka idam-idamkan tersebut.

Namun, di tengah hitam pekatnya konstelasi politik di hadapan kita, masyarakat magetan tidak boleh putus asa dan pesimistis. Warga Magetan harus tetap memiliki harapan dan cita-cita. Masih ada peluang bagi kita untuk menghadirkan pemimpin daerah yang kita idam-idamkan. Pesta Pilkada telah menanti kita untuk merealisasikan mimpi besar untuk menemukan sosok pemimpin yang ideal yang selama ini kita idam-idamkan. Komitmen Riil dalam Kontrak Politik bisa menjadi imperatif moral bagi kita untuk memilih pemimpin baru yang visioner dan yang memiliki niat yang tulus dan mulia dalam melayani rakyat.

Para calon itu harus sadar bahwa memimpin dan mengelola kehidupan masyarakat yang begitu kompleks, tidak cukup hanya menjadi seorang pejabat yang hanya menggunakan kepintaran, ketegasan, dan politik kekuasaan yang digenggamnya. Tetapi, hati nurani dan filter ketaqwaan menjadi sangat penting untuk dikedepankan dalam setiap langkah dan kebijakan yang diambil.

Dalam Islam, pemimpin dan pejabat yang baik digambarkan ciri-cirinya oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam melalui sebuah hadis, di antaranya, menurut hadis dari 'Auf bin Malik, "Sebaik-baik pemimpin kamu ialah pemimpin yang kamu cintai dan mereka mencintaimu, kamu doakan mereka dan mereka pun mendoakan kamu, dan seburuk-buruk pemimpin ialah pemimpin yang kamu benci dan mereka membenci kamu, kamu mengutuk mereka dan mereka mengutuk kamu." (HR Muslim).

Pemimpin dan pejabat yang selalu menggunakan hati nurani dalam menjalankan kekuasaan, merekalah yang akan didoakan oleh kaum Muslimin sesuai doa yang diajarkan Nabi, "Ya Allah! Orang yang diserahi urusan orang Islam, lalu menyusahkan mereka maka susahkanlah dia dan orang yang diserahi urusan orang Islam, lalu dia berbelas kasih kepada mereka maka belas kasihanilah mereka."

Warga Magetan harus cerdas memilih calon pemimpin pada Pilkada mendatang, pilihlah dan dukunglah pemimpin yang shalih, yang tidak redup cahaya hati nuraninya di saat berkuasa dan tidak silau oleh kekuasaan uang yang bisa mempengaruhi kebijakan. Bersamalah dengan para calon pemimpin yang mempunyai rasa takut kepada Allah, yang enggan berbuat sewenang-wenang terhadap orang yang lemah, bukan pembohong, tidak khianat, tidak ingkar janji dan amanah terhadap tugas yang diembannya.

Wallahu a'lam bish shawwab.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun