Mohon tunggu...
imam fatoni effendi
imam fatoni effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - pebisnis dan profesional

Berpikir melahirkan gagasan. Bekerja menjadikan kenyataan. Berdoa menambah kekuatan. Bersyukur menerima pemberian.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Ke Mana Setelah TikTok Shop Tutup?

10 Oktober 2023   16:35 Diperbarui: 10 Oktober 2023   16:52 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Segala cara akhirnya dilakukan agar banjir keuntungan. Bahkan sekalipun harus mengorbankan waktu, misalnya setelah subuh cuap-cuap lagi di depan smartphone. Atau rela sampai malam berdiri bersama puluhan afiliator lain di ruang publik. Itula perjuangan berbisnis.

Pertanyaannya kemudian, jika kemudian platform tersebut atau salah satu fturnya ditutup atau dilarang oleh pemerintah, lantas bagaimana?

Bagaimana "lapak" Anda di Shopee atau Tokopedia atau TikTok akan trus hidup, jika suatu saat terjadi sesuatu? Selama ini Anda diberi kemudahan berjualan, lalu ke mana lagi akan berjualan secara online?

Bisnis apapun bentuknya dan bagaimana pun jalan dan jualannya tetap harus memiliki "rumah". Rumah sendiri yang ia dijadikan sebagai toko sendiri atau bahkan gudang sendiri.

Lapak-lapak Anda di platform marketplace sesungguhnya hanyalah sebuah etalase. Benar, di sana Anda bisa berjualan sebebas dan sebanyak mungkin. Seperti halnya di dunia konvensional, Anda punya kios atau booth di sebuah mal yang sangat ramai pengunjung. Apa yang terjadi jika mal tersebut terbakar habis? Atau ditutup gara-gara melakukan aktivitas terlarang?

Anda tidak bisa berjualan, karena Anda tidak memiliki rumah atau toko sendiri. Padahal Anda sudah capek membangun produk menjadi sebuah brand di mal tersebut.

Adidas, Nike, Levi's, McD, KFC dan banyak lagi brand memang datang dengan bisnis yang diawali dari sebuah shop sendiri. Mereka ambil bagian membangun booth atau mini resto di mal yang punya potensi pengunjung tinggi. Namun ketika mal tersebut tutup, brand mereka tidak mati. Produk-produk mereka masih dapat ditemui di main shop dan bahkan lebih banyak pilihan yang ditawarkan di toko sendiri.

Apakah Anda harus memiliki rumah atau toko sendiri seperti nama-nama di atas?

Tentu saja  jawabannya, 100 persen wajib punya.

Masalahnya, berapa investasi yang harus dikeluarkan untuk memiliki toko sendiri?

Dunia digital tidak saja membuat semua proses bisnis menjadi lebih ringkas. Namun juga membuka potensi meraih jangkauan lebih juah dan meluas. Anda tidak perlu memiliki toko fisik seperti halnya bisnis tradisional. Dengan rumah sebagai home base bisnis, Anda bisa mengelola, mengenalkan dan mengendalikan seluruh aktivitas bisnis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun