"Namanya juga usaha, cari rezeki, siapa tahu ada pembeli dermawan di panggung. Kan banyak orang kaya di panggung, lagi musim politik." Saut Fatruk.
Perdebatan Bagong dan Fatruk ini tetap berlangsung. Fatruk pro dengan aksi pedagang, dan Bagong sebaliknya. Kata Bagong, oknum penjual minuman itu memang tidak salah, tapi kurang tepat dan etika. Waktunya mengaji kurang etis jika tetap jualan, lebih-lebih di sekitar panggung. Sangat mengganggu. Apalagi, rata-rata dari pedagang itu sudah jualan dari sebelum acara mulai.
Sedangkan, Fatruk tetap kokoh dengan pendapatnya, mendukung pedagang tadi. Kata Fatruk, apa yang dilakukan itu tidak melanggar hukum, mencari rezeki halal. Bahkan, kata Fatruk, etis atau tidak etis itu tinggal siapa yang menilai, siapa tahu penjual itu butuh uang banyak untuk biaya pendidikan anaknya.
Anda, para pembaca, boleh makmum pendapat Bagong, atau Fatruk, dan atau netral. Risiko tinggal di negara demokrasi, boleh setuju, juga boleh tidak, yang penting tetap saling menghormati. Juga harus tetap santun. Mungkin, fenomena itu potret dari oknum elit, yang terkadang hobi main-main dengan etika, demi nafsu dunia. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H