Mohon tunggu...
kang im
kang im Mohon Tunggu... Penulis - warga biasa yang hobi menulis

seorang penulis biasa yang tinggal di kampung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Majelis Politik (01)

21 Desember 2024   10:51 Diperbarui: 21 Desember 2024   10:51 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ft. ilustrasi: dok. pribadi diolah.

Apalagi, perwakilan dari tiap parpol itu juga diberi waktu, untuk memberikan sambutan, dalam acara itu. Sehingga, panggung acara itu seperti tempat lomba pidato. Namun, tiba-tiba Bagong membuat ulah.

Bocah paling kocak di antara kami itu menghentikan penjual minuman, beli tiga gelas plastik. Aku dan Fatruk ditraktir. Tapi poin pentingnya bukan itu, melainkan jawaban dari penjual minuman, saat ditanya omzet jualan di acara itu.

"Al-hamdulillah, sudah lumayan, lebih dari Rp 500 ribu (dapatnya). Sebelum orang-orang datang, kami sudah di sini." Terang penjual minuman itu.

Aku dan Fatruk masih belum tahu alasan Bagong menanyakan itu. Ide anak paling humoris di antara kami itu memang sulit ditebak, hobi memikirkan hal-hal yang tidak pernah dipikirkan orang lain. Otaknya seperti kitiran, terus berputar, tak pernah berhenti berpikir. Ada saja idenya. Jarang miskin ide.

Aku yakin, anak yang juga pecinta dangdut koplo garis keras itu punya maksud tertentu atas pertanyaan itu. Tapi apa, jujur, aku masih belum tahu, kala itu. Semua kemungkinan masih bisa terjadi.

*****

"Pak Ustaz, tolong 'kata-katain' saya, biar dapat uang banyak!" pinta salah satu pedagang minuman, saat diberi kesempatan bicara di sesi tanya-jawab, kala itu.

Aku masih sedikit asing dengan fenomena itu. Maklum, kurang gaul, aku belum punya media sosial (medsos), kala itu. Apalagi, itu pengalaman pertama ikut majelis politik. Otakku masih belum bisa mencerna: ada orang minta dihina, di depan umum lagi.

Tiba-tiba Bagong menunjukkan HP, tepatnya medsos, yang mempertontonkan fenomena yang sedang viral, kala itu. Di Nagari Ngalem-Ngalem sedang hangat isu penceramah yang 'bercanda' dengan penjual minuman. Isu ini melahirkan pro-kontra, bahkan sampai diangkat dalam acara talkshow TV.

"Berjualan tidak apa-apa, itu berjuang untuk rezeki keluarga, tapi harus tahu waktu. Masak dari sebelum ada orang, sampai acara inti tetap jualan, jualannya malah di depan panggung. Jelas mengganggu penceramah dalam menyampaikan materi." Jelas Bagong.

Puluhan penjual minuman itu memang tampak bergeser di sekitar panggung acara, saat penceramah tiba di panggung. Mereka seperti ingin tampil. Lebih tepatnya ingin dapat 'rezeki' dadakan, seperti yang sedang viral di medsos, kala itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun