Novel hujan merupakan salah satu novel karangan penulis terkenal yakni Tere Liye yang diterbitkan pada tahun 2016. Novel ini menceritakan tentang bumi di masa depan yang terkena bencana alam yang sangat dahsyat. Ketika bencana itu terjadi, sang pemeran utama yakni Lail berhasil lolos dari bencana tersebut karena diselamatkan oleh seseorang yang tak dikenalnya yaitu Esok. Lalu mulai dari sinilah Lail memulai hari-harinya bersama seorang pahlawan yang telah menyelamatkan hidupnya dan seiring berjalannya waktu mulailah tumbuh benih-benih cinta yang pada awalnya sebenarnya tak dirasakan oleh Lail dikarenakan usianya yang dikala itu masih dini. Seiring berjalannya waktu pula muncul beberapa-beberapa konflik yang dapat membuat pembaca merasa geram serta penyelesaian konflik yang sangat diluar dugaan.
Novel ini merupakan novel yang bertemakan cinta. Walaupun pada dasarnya di novel ini terdapat berbagai macam unsur-unsur lain seperti persahabatan, pendidikan dan sebagainya. Tetapi yang mendominasi dari semua itu ialah mengenai tentang cinta serta kerinduan yang mendalam. Terdapat pula beberapa bukti yang berasal dari kutipan di buku tersebut yang memperkuat tema dari buku tersebut.
"Lail sedang memikirkan Esok. Sudah enam minggu dia tidak bertemu Esok, sejak Esok dan ibunya meninggalkan tenda pengungsian menuju rumah orang tua angkatnya. Apakah Esok sudah melupakannya? Setiap hari, setiap berangkat dan pulang sekolah, Lail melintasi gedung sekolah Esok serta menatap halamannya, berharap ada Esok di sana. Nihil. Apakah Esok baik-baik saja? Apakah Esok juga memikirkannya?" (Hal 85)
"..... Kesibukannya juga mampu mengusir kerinduannya kepada Esok. Saat itu usia Lail hampir tujuh belas, dan dia belum mengerti perasaannya dengan utuh. Baru beberapa tahun lagi dia mulai paham." (Hal 137)
"Lail menangis, sambil mengunyah makanannya. "Aku tidak ingin naik kapal itu, Maryam. Aku hanya ingin tahu apakah Esok mencintaiku atau tidak. Kalaupun dia memutuskan pergi tanpa memberitahuku, setidaknya aku tahu jawabannya." (Hal 300)
     Seperti biasanya novel lain, terdapat pula tokoh dalam novel Hujan ini. Tokoh yang pertama merupakan sang pemeran utama yang bernama Lail. Lail digambarkan dengan perilakunya yang suka menolong, tangguh serta lapang dada ketika mendapatkan bencana serta berusaha membalas kesedihannya dengan sesuatu yang positif. Dapat kita lihat dari kutipan dibawah ini.
".... Lail menyukai kesibukannya. Itu membuatya berhenti memikirkan banyak hal. Aktivitas Organisasi Relawan Lail membalas kejamnya takdir dengan membantu orang lain. Mengobati kesedihan dengan berbuat baik ..... " (Hal 137)
Lail juga digambarkan sebagai seorang yang yang pantang menyerah ketika melakukan sesuatu. Dapat kita lihat pada kutipan berikut.
"...... Maryam menghibur Lail yang mulai tertinggal setelah dua pertiga perjalanan. Fisik Lail tidak setangguh Maryam. Lail di belakang mengangguk, membujuk kakinya terus berlari. (Hal 150)
Tetapi dibalik sikapnya tersebut, Lail juga merupakan sesosok orang yang pemalu dan tak berani dalam mengutarakan keinginannya. Semua itu tergambar dari kutipan dibawah ini.
".... maka masalah baru Lail adalah bagaimana menghubungi Esok. Bagaimana caranya memberitahu Esok bahwa dia sedang di Ibu kota. Apakah Esok mau menemuinya? Empat kali Lail telah duduk di depan telepon generasi terbaru yang tersedia di kamar hotel. Bahkan dia telah memasukkan nomor kontak Esok. Empat kali itu pula Lail batal menelepon. Keringat menetes di lehernya. Tanganny gemetar. Dia gugup sekali. (Hal 171)
Disamping tokoh Lail, terdapat pula tokoh yang tak kala pentingnya dengan Lail. Tokoh ini merupakan sesosok lelaki tampan yang merupakan penyelamat Lail yang bernamakan Soke Bahtera atau biasanya dipanggil Esok. Esok digambarkan seperti seseorang yang penolong serta sangat peduli terhadap Lail. Bahkan dari kebaikannya tersebut, Lail sudah menganggap Esok sebagai kakak kandungnya sendiri. Dapat kita lihat dari kutipan dibawah ini.
"Esok bukan siapa-siapa, tidak kenal sebelumnya, tapi dia amat peduli padanya. Dalam waktu dua hari, dua kali Esok menyelamatkannya." (Hal 56)
Dalam bagian lain pula, sesosok Esok digambarkan sebagai seseorang yang amat pandai serta cerdas. Semua dapat tercermin dari kutipan dibawah ini.
"Tahun pertama di sana, Esok mematenkan belasan teknologi baru. Liputan tentang penemuanny ada di mana-mana, termasuk yang paling menarik adalah mesin roket paling efisien." (Hal 179)
Tetapi dibalik sifat Esok tersebut, ternyata ia memiliki sifat seperti Lail yakni malu untuk mengutarakan perasaannya terhadap Lail. Akibat dari persamaan sifat tersebut, timbullah permasalahan dalam segi percintaan dalam bentuk rasa rindu yang mendalam satu sama lain.
Terdapat pula tokoh Maryam yang berperan sebagai sahabat dari Lail. Sahabat yang selalu menemani Lail apapun keadaannya. Sesosok yang selalu ada untuk Lail. Sosok Maryam ini digambarkan dengan wanita yang memiliki rambut kribo serta berjerawat dan memiliki sifat yang selalu menggoda Lail dalam hal asmaranya dengan Esok. Tetapi dibalik sifatnya tersebut, ia masih memiliki rasa peduli serta empati yang tinggi terhadap Lail. Dapat terlihat dalam kutipan percakapan Lail dan Maryam di bawah ini.
"Aku tidak ingin naik kapal itu, Maryam. Aku hanya ingin tahu apakah Esok mencintaiku atau tidak. Kalaupun dia memutuskan pergi tanpa memberitahuku, setidaknya aku tahu jawwabannya." Maryam menatap Lail dengan mata berkaca-kaca. Hatinya tertusuk pilu melihat teman sekamarnya sedang nelangsa menunggu kabar. (Hal 300)
Dibalik semua kejadian tersebut, terdapat seorang tokoh bernama Elijah yang berperan sebagai seorang paramedis yang bertugas untuk membantu Lail untuk melupakan kenangan pahitnya. Tokoh Elijah digambarkan sebagai seorang paramedis yang merupakan hanya fasilitator untuk melengkapi ingatan Lail tetapi terkadang hanyut dalam beberapa cerita Lail. Tergambar dalam penggalan paragraf dibawah ini.
"Ya tuhan, kamu salah satu gadis itu? Ya tuhan aku tahu cerita itu! Aku mendengar cerita itu beberapa tahun lalu. Saat pelatihan periodic bagi perawat........." Elijah menghembuskan napas, berusaha kembali fokus pada tugasnya. Dia hanya bertugas sebagai perantara cerita fasilitator, agar bando logam bisa memetakan saraf pasien secara utuh. Tidak lebih, tidak kurang. Tapis emu cerita tadi membuatnya muali tertarik secara emosional. (Hal 151-152)
Dalam novel ini, alur yang digunakan ialah alur campuran. Karena dapat kita lihat bahwa novel ini menceritakan tentang masa lalu Lail, kemudian melompat ke masa di mana Lail yang bercerita tentang masalahnya kepada Elijah yang dimana waktu yang digunakan ialah masa lalu dan masa sekarang. Dapat kita buktikan dari beberapa kutipan yang terdapat dalam novel tersebut.
"Usianya tiga belas tahun, dengan rambut panjang tergerai. Dia mengenakan seragam sekolah baru,sepatu baru, juga tas baru." (Hal 10)
"Satu lagi sofa pendek berwarna hijau. Seorang gadis muda dengan kemeja biru dan celana gelap duduk bersandar di sofa itu." (Hal 5)
Dalam kedua kutipan tersebut menjelaskan ciri-ciri sesosok Lail. Pada kutipan pertama menjelaskan mengenai sesosok Lail ketika masih berusia tiga belas tahun, sedangkan pada kutipan kedua menjelaskan mengenai Lail dimasa sekarang yang sudah bermetamorfosis menjadi seorang gadis muda.
Terdapat pula banyak sekali latar tempat, waktu serta sosial yang digunakan. Sebagai contoh dari latar tempat yang digunakan ialah ruangan terapi, stadion (tempat pengungsian), kolam air mancur dan stasiun kereta. Tempat-tempat tersebut merupakan tempat-tempat yang dianggap krusial. Seperti, ruangan terapi merupakan ruangan yang digunakan sebagai tempat Lail untuk menceritakan kepada Elijah(fasilitator) mengenai segala kenangan pahitnya serta tempat untuk menghapus kenangan tersebut.Â
Stadion (tempat pengungsian) merupakan tempat yang sangat penting dikarenakan disinilah kenangan masa kecil Lail dan Esok terbentuk. Sedangkan kolam air merupakan tempat yang digambarkan sebagai ikon kota tersebut, yang dimana digunakan Lail dan Esok sebagai tempat pertemuan setelah sekian lama mereka berpisah ketika telah remaja. Sedangkan stasiun kereta merupakan tempat pertemuan sebelum Esok pergi merantau jauh. Dapat kita lihat dari beberapa kutipan dalam novel tersebut yang menyatakan tempat-tempat tersebut.
"Ruangan 4 x 4 m2itu selintas terlihat didesain terlalu sederhana untuk sebuah ruangan paling mutakhir di kota ini. Padahal ruangan itu berteknologi tinggi dan berperalatan medis paling maju. Teknologi terapinya tidak pernah dibayangkan manusia sebelumnya." (Hal 5)
 "Letak stadion tidak jauh, ...... stadion ramai oleh lautan manusia saat mereka tiba. Ada pulhan meja tempat petugas mendaftar penduduk. Esok melangkah ke salah satunya. Lail mengikuti dari belakang." (Hal 43)
 "Kolam air mancur ramai oleh pengunjung........ Esok dan Lail duduk menghabiskan segelas cokelat panas. Favorit mereka." (Hal 131)
 "Besoknya, Lail mengantar Esok di stasiun kereta cepat, sambil membawa ransel besar." (Hal 134)
Terdapat pula beberapa latar waktu di novel ini. Latar waktu yang terdapat dalam novel ini tidak banyak yakni hanya pagi hari dan malam hari. Pagi hari merupakan waktu dimana kejadian-kejadian dalam novel ini terjadi dan pada malam hari biasanya beberapa percakapan pendek serta momen merenung sang pemeran utama. Seperti dalam beberapa kutipan.
"Lail terbangun saat matahari menerobos tenda. Esok tidak ada didekatnya. Mungkin sedang menemani ibunya." (Hal 43)
"Apakah Lail jatuh cinta pada Esok? Usianya saat itu Sembilan belas tahun....... Kenapa dia selalu ingin bertemu Esok, tapi saat bersamaan dia takut meneleponnya?...... Dan sekarang, dia lebih baik berusaha memejamkan mata, memaksakan tidur, sudah larut malam." (Hal 206-207)
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini ialah sudut pandang orang ketiga. Dapat kita buktikan dengan beberapa kutipan yang terdapat dalam novel tersebut.
"Dulu, saat membujuk Lail agar bergegas naik sepeda sebelum hujan asam turun, Esok pernah bilang, dia akan menemani Lail ke sana." (Hal 89)
".... Lail belum tahu perasaannya, masih beberapa tahun lagi. Tapi saat itu dia sudah tahu, Esok akan selalu penting baginya." (Hal 91)
Dari dua kutipan di atas, dapat kita simpulkan bahwa sang penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga. Dapat kita lihat dengan cara penulis menggunakan nama tokoh serta menggunakan kata ganti "dia" dalam novel ini.
Tere Liye merupakan nama pena dari seorang yang bernama asli Darwis. Darwis merupakan salah satu lulusan dari Universitas Indonesia dengan mengambil fakultas ekonomi. Darwis menamakan dirinya sendiri dengan Tere Liye yang berarti untukmu. Tere Liye menggunakan bahasa-bahasa yang sederhana dalam setiap novelnya, sehingga membuat para pembaca mudah untuk mencernanya. Seperti dalam novel hujan yang ia tulis, dengan kata-katanya yang sederhana tetapi membuat para pembaca baper ketika membacanya.Â
Kisah dalam novel ini digambarkan tentang mencintai dalam diam. Saling mencintai tapi tidak saling tahu satu sama lain dikarenakan usia yang masih terlalu muda. Tetapi di samping romansa cinta yang disuguhkan, terdapat pula beberapa hal yang digunakan sebagai bumbu tambahan dalam novel untuk mencapai kesempurnaan. Seperti menambahkan beberapa masalah lain tentang bencana alam, keadaan bumi di masa depan serta kemajuannya teknologi. Disamping penggambaran tersebut digambarkan pula tentang ekonomi dunia. Seperti dalam kutipan dibawah ini.
"Ibu Lail beranjak ke kotak mesin minuman di dekat tiang stasiun kereta bawah tanah......... Dia mendekatkan layar sentuh di lengannya ke sensor digital. Terdengar suara mendesing pelan. Proses pembayaran telah selesai dilakukan." (Hal 13)
Dari kutipan di atas, dapat kita lihat bahwa sang penulis menggunakan pengetahuannya di bidang ekonomi (yang dimana sesuai dengan jurusan yang diambil oleh penulis) dan bidang teknologi. Tetapi disamping pengetahuan tersebut, Tere liye pula menggabungkan pengetahuan-pengetahuan lainnya seperti mengenai astronomi sehingga membuat para pembaca tidak bosan untuk membacanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H