Kita dikejutkan dengan fenomena ratusan ton ikan mati di Danau Maninjau, yang mengakibatkan kerugian besar bagi petani ikan karamba. Selain itu juga mengakibatkan adanya potensi pencemaran lingkungan jika penanganan bangkai ikan tidak segera ditangani denganb baik. Menurut Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Rosva Deswira kerugian ditaksir mencapai 7,2 Milliar dengan asumsi perkiraan harga ikan Rp. 20 ribu per kilogram. seperti dilansir oleh Baliexpress.jawapos.com. Fenomena ikan mati mendadak ini juga terjadi di tempat lain seperti di danau toba, 100 ton ikan mati pada oktober 2020.
lingkungan dasar danau ke permukaan. Seperti kita ketahui, semakin kebawah air, kadar oksigen semakin kecil, bahkan di lingkungan dasar danau   kondisisnya adalah anoxic dengan kdar oksigen yang sangat rendah. Hubungan antara kedalaman dengan kadar oksigen di danau maninjau, seperti di bahas di paper PENGAMATAN POLA STRATIFIKASI DI DANAU MANINJAU SEBAGAI POTENSI TUBO BELERANG,  pusat Limnology LIPI,  adalah seperiti pada gambar berikut:
Fenomena  kematian ikan ini diakibatkan oleh penurunan kadar oksigen terlarut secara tiba tiba yang diakibatkan oleh pembalikan
Dari grafik diatas, pada kedalaman 25 meter nilai DO sudah sangat rendah dibawah 1 mg/l, artinya lingkungan sudah an aerobik. JIka lingkungan air ini berbalik kepermukan, maka ikan ikan akan kekurangtan oksigen dan mengakibatkan kematian. Fenomena penurunan nilai oksigen ini dapat dipantau dengan Sistem monitoring Kualitas air Telemetri real time yang berfungsi sebagai peringatan dini penurunan kadar oksigen. Sistem sekaligus juga  dapat mengumpulkan data oksigen terlarut dalam periode waktu yang rapat misalkan 15 menit, sehingga  pola kadar oksigen akan diketahui dari waktu kewaktu.
Sensor Oksigen terlarut dicelupkan ke dalam air danau, dengan kedalaman yang mewakili untuk kehidupan ikan. Sensor tersebut dihubungkan ke Data logger yang berfungsi untuk merekam data dalam interval waktu yang ditetapkan. Data logger dilengkapi dengan modem GPRS, dengan menggunakan kartu GSM dari provider komunikasi data internet seluler, data akan dikirimkan ke cloud server secara otomatis. Â Sistem bisa dilengkapi parameter kualitas air lain dengan menambahkan sensor Turbidity, pH, conductivity dan lain lain. Pihak terkait seperti petani tambak bahkan masyarakat bisa memantau melalui browser ke website dimana cloud server ini dihubungkan ke website tersebut. Sistem dapat meberikan peringatan ketika nilai oksigen dibawah nilai ambang batas. Konfigurasi dari sistem adalah seperti pada gambar berikut ini:
Â
 Contoh aplikasi pengukuran Oksigen telemetri untuk untuk budidaya ikan ini adalah sebagai berikut:
Sedangkan instalasi peralatan adalah seperti pada gambar berikut:
Informasi dini tentang penurunan oksigen ini sangat penting, begitu oksigen turun di bawah ambang batas dan trend terus turun maka dapat dipertimbangkan segera memanen ikan, paling tidak bisa meminimalkan kerugian,  sistem juga bisa otomatis menghidupkan kincir untuk mensuplai  oksigen di karambanya jika nilai oksigen turun dibawah ambang yang ditetapkan . Penting bagi petani ikan untuk mempunyai kincir yang standby untuk mengantisipasi kejadian seperti ini.
Teknologi ini tidaklah mahal, 100 sd 300 juta (tergantung spesifikasi) sudah bisa terwujud, bahkan bisa jauh lebih rendah jika sudah ada cloud server yang mendukungnya. Jika dibandingkan dengan kerugian 7.2 Milliar diatas tidak seberapa bukan?.
Penulis siap memberikan saran kepada petani perikanan bahkan Pihak terkait  (bahkan mensuplai, upss, kok promosi) jika mau menerapkan teknologi sistem monitoring kualitas  air  ini.Â
Bagi yang ingin lebih tahu tulisan tulisan arya saya untuk bidang telemetri, support:Â
Blog telemetri : Â https://imam-mashari.blogspot.com/
Publikasi : https://imammashari.substack.com/
Publikasi di medium : https://satriamashari.medium.com/
email: satriamashari@yahoo.com
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H