uap tanah yang baru saja dibirahikan langit
telah menubuhkan kerinduan dari matahari timur
kerinduan hologram
tak bisa dijilati layaknya kopi yang semangat
gulung kasur!
bangun!
lalu singkirkan manekin dari samping televisi
biarkan aku menikmati kicau sampai muntah tak terhingga
itu lebih segar dibanding segenggam puisi yang sekejap pula monoton
dan
panggung yang selalu kalut
menjelajahi setiap jengkal urat syaraf
aku masih ingat sosok angin yang selalu mengantarkan puisi itu
selalu mengkilap sebanding tinggi dengan penunggangnya
sekian lama tak membatu di ujung gerbang terikat
karna saat ini mungkin tak ada file yang bisa diunggah
tapi desah ini bukan untuk mengkriminalisasi semangat yang diseduh matahari
sekedar ruwatan kecil sebelum para bidadari membuka pelangi
berikan saja segenap usulan yang merangkak dibawah agenda
katakan segera
biar kupilih kata mana yang sebaiknya menjadi titik setelah koma
biar jantung tetap bermandi adrenalin
biar kertas lusuh tak lagi mendebu
biar sapa tetap mencerita
biar gembira tetap mengepul
biar imajinasi mengaum di atas lopi
biar semua itu tetaplah naluri
kurru sumange'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H