Mohon tunggu...
I Made Nararya Dhananjaya
I Made Nararya Dhananjaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Undiksha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memaknai Banten sebagai Sebuah Kewajiban

5 Juli 2022   00:03 Diperbarui: 5 Juli 2022   11:27 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Banten dalam perspektif agama Hindu dimaknai sebagai persembahan yang dihaturkan kepada Dewa sebagai manifestasi Brahman berupa gandam, ksatam, puspam, dupam, dipam, toyam, gretam, dan soma. Banten memiliki sebutan lain wali yang berarti wakil atau simbol dari isi alam semesta. Upakara berupa banten dan sarana pendukung lainnya merupakan simbol yang berfungsi sebagai bentuk kekuatan Tuhan, wujud bhakti, sarana penyucian roh, dan sebagai pengganti mantra.

Dalam lontar Yadnya Prakerti dan lontar Kusuma Dewa, berbagai macam bahan yang digunakan dalam pembuatan banten pada prinsipnya terdiri dari unsur alam yang terbagi menjadi tujuh (7). Diawali dengan Mataya yaitu bahan banten yang berasal dari sesuatu yang tumbuh atau tumbuh-tumbuhan seperti daun, bunga, buah dan sebagainya; Maharya yaitu bahan yang berasal dari sesuatu yang lahir melalui binatang tertentu seperti kerbau, kambing, sapi, dan sebagainya; Mantiga yaitu bahan yang berasal dari telur seperti telur ayam, itik, angsa, dan sebagainya; Datu yaitu bahan yang berasal dari logam seperti perak, tembaga, besi, emas, timah atau yang dikenal dengan nama Panca Datu; Air yaitu bahan yang berasal dari cairan yang terbagi menjadi lima macam (Panca Amerta) yaitu air yang berasal dari jasad atau sarira yang diwakili dengan 'empehan' atau susu, air yang berasal dari buah-buahan yang diwakili dengan berem, air yang berasal dari uap yang diwakili dengan arak, air yang berasal dari sari bunga yang diwakili dengan madu, dan air yang berasal dari tanah atau bumi yang diwakili dengan air hening (jernih); Api dalam wujud dupa dan dipa.; dan Angin dalam wujud asap yang harum. Banten dalam agama Hindu diyakini sebagai sarana dalam pelaksanaan upacara yang terbagi menjadi lima (5) macam upacara berupa persembahan suci yang dikenal dengan nama Panca Yadnya. 

Dimulai dari persembahan suci kepada Tuhan (Dewa Yadnya), persembahan suci kepada roh para leluhur (Pitra Yadnya), persembahan suci kepada orang suci (Rsi Yadnya), persembahan suci untuk kesejahteraan sesama manusia (Manusa Yadnya), dan persembahan suci kepada mahkluk bawah atau para bhuta kala (Bhuta Yadnya). Kelima bentuk persembahan suci atau Yadnya tersebut pada pelaksanaannya umumnya menggunakan tiga (3) macam banten. Banten-banten tersebut diantaranya banten pejati, banten segehan, serta banten saiban.

Banten pejati merupakan bentuk kesungguhan hati kehadapan Hyang Widhi beserta manifestasiNya juga sebagai sarana memohon saksi dalam prosesi upacara. Banten pejati dibuat ketika pertama kali melakukan persembahyangan di sebuah tempat suci, sebagai simbol proses memohon jasa Pemangku atau Pedanda, serta sarana pelengkap upacara. 

Pejati dipandang sebagai banten yang utama, sehingga pejati dapat dihaturkan di mana saja dan untuk keperluan apa saja. Komponen-komponen dalam pejati terdiri dari canang sari, daksina, peras, ketupat kelanan, ajuman, serta sesayut pejati. 

Banten berikutnya adalah banten segehan yang merupakan bentuk sederhana dari Upacara Bhuta Yadnya. Segehan berasal dari kata "Sega" yang berarti nasi atau sego dalam bahasa Jawa, sehingga banten segehan didominasi oleh nasi dengan berbagai bentuk lengkap beserta lauk pauknya. Beragam bentuk nasi segehan diantaranya nasi cacahan (nasi tanpa dibentuk), nasi kepelan (nasi dikepal), nasi tumpeng (nasi dibentuk kerucut), serta nasi dananan (nasi berbentuk kecil). 

Banten segehan berbentuk alas taledan yang terbuat dari daun pisang atau janur yang diisi nasi beserta lauk pauk seperti bawang merah, jahe, garam, dan lain sebagainya. Banten segehan memiliki makna persembahan suci kepada para Bhuta kala agar tidak mengganggu, menetralisir serta menghilangkan sifat keraksasaan dalam diri (Asuri Sampad), dan sebagai lambang harmonisnya hubungan manusia dengan semua ciptaan Tuhan. 

Banten segehan dihaturkan setiap hari di bawah atau sudut- sudut natah, merajan, pura, halaman rumah, gerbang masuk rumah, hingga perempatan jalan. Banten terakhir adalah banten saiban yang biasa dilakukan setiap hari setelah selesai memasak di pagi hari. Banten saiban atau yang dikenal dengan Yadnya Sesa merupakan yadnya yang paling sederhana sebagai bentuk persembahan kepada para bhuta kala atau Bhuta Yadnya. Mebanten saiban merupakan penerapan ajaran kesusilaan Hindu yang menuntut umatnya untuk selalu bersikap anersangsya yaitu tidak mementingkan diri sendiri dan ambeg para mertha yaitu mendahulukan kepentingan di luar diri.

Peran banten selain sebagai sarana dalam prosesi upacara (upakara) juga sebagai simbol persembahan kehadapan Hyang Widhi yang secara tidak langsung menerapkan prinsip Yoga melalui pemusatan pikiran dalam proses pembuatannya. Banten turut serta meningkatkan identitas sebagai ciri khas suatu daerah dan sebagai solusi peningkatan perekonomian seseorang. Tingginya kebutuhan masyarakat akan banten yang tidak diiringi dengan pengetahuan serta waktu dalam pembuatan banten merupakan sebuah peluang kerja sebagai suatu sumber rejeki. Sesuai dengan penjelasan dalam Lontar Yajna Prakrti, semua jenis banten (upakara) merupakan simbol diri kita, lambang kemahakuasaan Hyang Widhi, dan lambang Bhuana Agung (alam semesta). Banten sejatinya bukan sebatas sarana persembahyangan, namun sebuah kewajiban sebagai bentuk upacara dalam rangka mewujudkan hubungan Tri Hita Karana yang harmonis serta pelaksanaan Panca Yadnya yang seimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun