Mohon tunggu...
I Made Jati Arjawa
I Made Jati Arjawa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha sesmester 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Faklustas Ilmu Pendidikan

guitar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merajut Kebersamaan dalam Keberagaman dan "Overtourism" : Pendidikan Multikultural untuk Melestarikan Budaya dan Tradisi lokal BALI

22 Desember 2024   07:04 Diperbarui: 22 Desember 2024   07:14 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kebersamaan di Bali melalui pendidikan multikultural (sumber: AI)

Bali merupakan pulau yang indah akan kebudayaannya, tradisinya, dan alamnya, namun saat ini kita mengetahui bali kini sudah termasuk dalam kota yang di mana jumlah wisatawan yang datang melebihi kapasitas yang dapat ditampung secara berkelanjutan oleh lingkungan, infrastruktur, dan masyarakat setempat (overtourism), dan oleh karena itu Bali termasuk dalam destinasi kota yang tidak layak dikunjungi oleh turis asing tahun 2025. Overtourism membawa banyak dampak bagi Bali, salah satunya yaitu mulainya terkikis budaya dan tradisi Bali, mengapa? Masuknya budaya luar melalui interaksi dengan wisatawan , dapat mempengaruhi gaya hidup masyarakat local terutama generasi muda. Mereka lebih tertarik pada budaya modern atau internasional, yang Dimana hal tersebut dapat mengurangi ketertarikan mereka terhadap budaya lokal.

Apakah overtourism berdampak pada anak usia dini di Bali?

Tentu, baik secara langsung maupun tidak langsung,

1. terpapar budaya asing secara berlebihan

Anak-anak yang tumbuh di daerah dengan Tingkat pariwisata yang tinggi sering terpapar gaya hidup dan budaya wisatawan asing, yang tentunya jika tanpa pengajaran ataupun penanaman budaya lokal, mereka bisa lebih tertarik dengan budaya yang modern dan tampak lebih menarik.

2. Perubahan prioritas dalam keluarga

Orang tua yang bekerja di sektor pariwisata sering kali lebih berfokus pada pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, namun mereka terkadang lupa mengajarkan tradisi maupun melibatkan anaknya dalam upacara adat ataupun budaya lokal kepada anaknya yang mana itu juga tidak kalah pentingnya.

3. Pengaruh lingkungan sosial

Anak usia dini sering meniru apa yang mereka lihat di sekitarnya. Jika mereka tumbuh di lingkungan yang lebih banyak wisatawan asing , mereka mungkin cenderung mengadopsi nilai-nilai budaya asing. Perubahan bahasa sehari-hari dari bahasa Bali ke bahasa Indonesia atau bahkan ke bahasa inggris juga dapat terjadi.

Bagaimana dengan keberagaman agama yang ada dibali saat ini, apakah dapat berpotensi mengikis budaya dan tradisi bali?

Keberagaman agama di Bali sebenarnya dapat menjadi kekayaan sosial, namun jika tidak dikelola dengan baik, hal ini juga berpotensi menimbulkan tantangan bagi pelestarian budaya dan tradisi Bali.

1. Alih fungsi ruang adat

Banyak ruang adat atau tempat sakral yang sebelumnya digunakan untuk upacara keagamaan Hindu kini berbagi fungsi atau bahkan kehilangan perannya karena perubahan demografi agama. Misalnya Pembangunan rumah ibadah dari agama lain di lahan yang sebelumnnya merupakan tempat adat dapat mempengaruhi praktik budaya Hindu Bali.

2. Kurangnya pemahaman akan tradisi lokal

Pendatang atau pemeluk agama lain mungkin tidak memahami atau tidak terlibat dalam tradisi Bali yang didasarkan pada Agama Hindu. Yang terkadang ada beberapa pendatang berprilaku buruk terhadap budaya bali, hal ini dapat merugikan citra Bali yang kental dengan budayanya.

3. Kurangnya dukungan terhadap budaya Hindu Bali

Dalam konteks keberagaman agama, pemerintah atau Lembaga tertentu mungkin kurang memberikan perhatian khusus pada pelestarian budaya Hindu Bali, terutama jika fokus diberikan pada pengembangan inklusif tanpa mempertimbangkan nilai-nilai lokal secara mendalam.

4. Ketegangan sosial atau politik

Jika keberagaman agama tidak dikelola dengan bijak, potensi konflik sosial dapat muncul. Hal ini dapat mengalihkan perhatian masyarakat dari pelestarian nilai-nilai budaya dan tradisi ke isu-isu sosial lainnya. 

Dari berbagai isu ataupun permasalahan yang ada, bagaimana Pendidikan Multikultural dapat mengatasi hal tersebut? Apakah Pendidikan multikultural dapat berperan baik dalam permasalahan tersebut ?

Pendidikan multikultural dapat berperan sangat penting dalam mengatasi hal tersebut seperti permasalahan terkikisnya budaya dan tradisi di Bali akibat overtourism dan keberagaman agama, terlebih jika diterapkan sejak dini. Bagaimana peran dan pengaruhnnya?

1. Menumbuhkan rasa toleransi dan penghormatan agama

Pendidikan multikultural megajarkan anak-anak untuk memahami, menghormati, dan menghargai perbedaan agama, budaya, dan tradisi sejak dini. Dengan pemahaman yang mendalam, anak-anak dari berbagai latar belakang agama akan tumbuh dengan kesadaran bahwa tradisi Hindu Bali adalah warisan yang harus dijaga, bahkan jika mereka tidak menganut agama tersebut.

2. Melestarikan budaya lokal

Pendidikan  multikultural dapat memaksukkan elemen tradisi lokal, seperti seni, tarian, musik, bahasa, dan upacara adat, kedalam kurikulum. Hal ini mebantu semua anak dari agama lain bisa lebih mengenal dan menghormati budaya Bali.

3. Mencegah konflik sosial

Dengan pemahaman tentang pentingnya keberagaman dan saling menghormati, potensi konflik sosial yang dapat timbul dari perbedaan agama atau budaya dapat diminimalkan.

4. Mengurangi Pengaruh Globalisasi yang Merusak

Dengan memahami nilai tradisi lokal sejak dini, generasi muda akan lebih kritis terhadap pengaruh globalisasi yang berpotensi mengikis nilai-nilai budaya lokal. Mereka juga akan lebih memilih untuk memadukan nilai tradisional dengan nilai modern secara seimbang, tanpa meninggalkan akar budaya.

5. Membangun Kesadaran Kolektif

Pendidikan multikultural menciptakan generasi yang sadar bahwa keberagaman adalah kekuatan. Ini mendorong semua pihak untuk bekerja sama menjaga harmoni sosial dan pelestarian budaya, membentuk kebersamaan diatas perbedaan.

Dengan Pendidikan Multikultural, masyarakat Bali yang beragam dapat menjaga harmoni sambil tetap melestarikan tradisi dan budaya yang menjadi identitas utama. Hal ini juga memastikan generasi mendatang memiliki penghargaan tinggi terhadap budaya lokal, meskipun mereka hidup dalam masyarakat yang semakin global dan plural.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun