Mohon tunggu...
I Made Darmayasa
I Made Darmayasa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis buku sejak tahun 1980-an, pernah sebagai kolumnis beberapa media

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berkah Datang ketika Kita Berpikir Positif

22 Agustus 2021   10:46 Diperbarui: 22 Agustus 2021   10:50 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pikiranlah yang menyebabkan keterikatan dan pembebasan, maka pengendalian pikiran memang harus dilakukan oleh semua yang menginginkan kebahagiaan. 

Orang tidak perlu mengatakan atau berpikir negatif terhadap diri sendiri maupun pada orang lain. Negatif tetap negatif. Lebih baik mengatakan hal yang positif baik untuk diri sendiri apalagi pada orang lain. Godaan berpikir negatif sering muncul ketika uang, jabatan, atau seseorang yang dicintai pergi meninggalkan kita. 

Segala hal-hal buruk, bahkan doa-doa buruk kepada orang itu berlompatan di kepala kita. Seketika kita melupakan segala kebaikan yang pernah ia lakukan pada diri kita. Dalam kekecewaan dan kebencian seperti itu, kita hanya mengingat sisi negatifnya dan sama sekali tidak mau menyentuh sisi positifnya.

Bagaikan orang memakan pisang, mereka akan mengupas pisang dengan baik dengan cara yang indah menarik tetapi ia akan memberikan isinya kepada orang lain sementara dia sendiri berbangga memakan kulitnya.

Pikiran adalah "musuh maparo...", musuh yang sangat dekat dengan diri kita. "Tan madoh maring awak...", ia berada tidak jauh dari badan kita dari diri kita karena "ri ati ya tonggwanya..." karena ia berada dan tinggal lengket di dalam hati kita.

Pikiran sukar untuk dikendalikan dan tidak pernah tenang diam di satu tempat. Yoga (jalan hidup spiritual) sangat sukar tercapai oleh seseorang yang tidak dapat mengendalikan dirinya.  Akan tetapi, seseorang yang berjuang dengan jalan yang benar dan penuh kendali diri akan mencapainya. 

Mengenali musuh di dalam diri dalam bentuk pikiran seperti itu akan sangat membantu untuk mengenali jati diri. Itulah maknanya Arjuna meminta Krishna membawa keretanya ke tengah-tengah kedua belah pasukan. Ia ingin melihat musuh-musuhnya agar ia bisa melihat kekuatan dirinya. 

Dengan mengenali musuh yang ada di dalam diri maka dengan mudah orang akan dapat mengenali sang diri sejati yang siap memberikan segalanya kepada dirinya. Sang diri sejati memenuhi segala kebutuhan dirinya dengan sendirinya karena sesungguhnya segala ada di dalam diri. 

Jika ada masalah lalu kita menyentuh sisi positifnya maka seluruh hal negatif akan diubah menjadi positif. Jika segalanya dipenuhi kebaikan tetapi orang melihat sisi negatifnya saja, maka seluruh keindahan akan berubah menjadi problem maha berat.

Lama berada dalam pergaulan spiritual tidak menjamin orang bebas dari pikiran-pikiran negatif. Sebaliknya, ia akan selalu mengintip, mengintai setiap celah yang ia bisa dapatkan untuk masuk dan kemudian mengobrak-abrik segalanya. Berhati-hati dan selalu waspada dalam hal ini, setiap saat, akan banyak menyelamatkan diri dari kejatuhan jalan indah spiritual yang sedang ditekuni.

Kewaspadaan bisa dimiliki dengan melatih pengendalian diri dari waktu ke waktu tanpa mengenal lelah apalagi menyerah. Melalui usaha yang terus-menerus (abhysa) dan dengan menjauhi godaan-godaan (vairgya) maka pikiran lebih mudah dapat dikendalikan. Maharesi Cakya mengatakan, "rutv dharma tyajati durmatim", dengan membaca dan mendengar Veda orang bisa mengerti dharma dan pikiran-pikiran buruk bisa dihilangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun