Bukan hanya dalam situasi  perang, dalam  perpolitikan internasional, sebuah penguasaan informasi  bisa membelokkan  sejarah sebuah negara. Badan intelijen sebuah negara  yang menguasai  informasi dapat mengindentifikasi para tokoh politik  sejak dini, saat  mereka mulai berkecimpung di dunia politik.Â
Semua  informasi yang ada  terkait tokoh politik tersebut dikumpulkan, mulai  dari percakapan  telepon, e-mail, pencarian di Internet, SMS, lokasi yang dikunjungi,  orang terdekat dan selingkuhan, jejaring sosialnya dan sebagainya. Mungkin bagi orang awam itu tidak berguna, namun mereka yang memiliki  kepentingan dan tujuan jangka panjang menganggap itu  sebuah bagian  realitas masa depan.
Semua informasi yang  dikumpulkan itu  dijadikan "tali-tali" untuk mengendalikan tokoh politik  tersebut. Ruang  geraknya dapat diprediksi dan bisa disimulasikan  karena semua informasi  sudah diketahui. Sebuah politik yang  disalahgunakan akibat kelemahan  pribadi yang ditutup. Mereka  menyetirnya seperti boneka dan dapat  dieksploitasi dengan ancaman (blackmail) dan sebagainya untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan tertentu yang tidak memihak rakyat.Â
Saya tidak mengetahui apakah kasus Freeport di Indonesia ada hubungannya dengan pejabat yang korup dan berpikiran  jangka pendek terhadap nasib bangsa. Sayang sekali sumber daya mineral  berupa emas dan tembaga yang demikian banyaknya lolos diekspor ke luar  negeri mengingat mineral tersebut bersifat strategis untuk kebutuhan  penelitian dan pengembangan teknologi Indonesia.
Penguasa atau  pejabat tersebut umumnya  berusaha menjaga keselamatan mereka sendiri di  atas kepentingan rakyat.  Penindasan yang diajarkan oleh pihak asing  dengan senang hati mereka  teruskan kepada rakyat mereka. Rakyat diawasi  dengan ketat dan  dibelenggu kebebasan berpendapatnya, mirip seperti  United Arab Emirates  yang baru saja membeli alat pengawasan Internet  dari BAE Systems, sebuah kontraktor alat pertahanan dan keamanan yang berbasis di Inggris [8].Â
Namun,  saat korban mulai berjatuhan seperti di Suriah, itu semuanya  sudah  terlambat. Orang-orang kemudian mulai berbicara tentang privasi  dan  mulai merencanakan membangun sistem telekomunikasi swadaya.  Pengalaman biasanya mengajari manusia tanpa belas kasih dan manusia  terperosok  karena mengabaikan intuisinya.
Penutup
Menutup tulisan ini, berdasarkan cerita saya di awal, ada tuntutan harapan kepada pihak mini market, bank, ataupun perusahaan telekomunikasi untuk tidak menggunakan aktivitas dan data-data pribadi pelanggannya tanpa persetujuan dan  menjualnya ke pihak ketiga demi keuntungan jangka pendek semata.Â
Kita belum mengetahui secara penuh resiko ke depannya praktek-praktek  periklanan tersebut bagi keselamatan pribadi seseorang terkait  penyalahgunaannya oleh oknum-oknum tertentu [6][12]. Seperti kotak Pandora yang baru dibuka, Big Data sebagai bagian penelitian kecerdasan komputer masih perlu diregulasi  lebih lanjut sehingga penerapannya dapat berjalan harmonis dengan  kehidupan manusia.
Daftar Pustaka
[1] Eagle, N. dan Greene, K. L. (2014). Reality Mining: Using Big Data to Engineer a Better World. London: MIT Press.
[2] Gooding, D. (2017). Thieves Drain 2FA-protected Bank Accounts by Abusing SS7 Routing Protocol. Â Diakses pada 23 Juni 2017, pkl 20:30 WITA.
[3] Harris, S. (2014). How the NSA Became a Killing Machine. Diakses pada 10 Januari 2015, pkl. 19:30 WITA.