Namun sayangnya kita hari ini dengan hadirnya media sosial, yang justru semakin memperkeruh keadaan, adalah melihat dan mengikuti pemikiran dari sosok intelektual berdasarkan preferensi yang kurang absah dalam kaitannya dengan problematika umat.
Alih-alih kita sebagai masyarakat awam dapat mengikuti dan menyimak kuliah ataupun jurnal yang ditulis oleh figur yang mempromosikan alternatif dalam menghdapi problematika umat, hari ini para Intelektual kita justru menyeret kita dalam orkestrasi tak relevan yang kadang rasis dan tak berpihak umat.
Akhir kata, selayaknya manusia yang penuh keterbatasan dalam memhami, sejauh apapun kita didera pesimisme pastilah selalu muncul pendar-pendar cahaya dari kejauhan yang mengharuskan kita menyalakan tanda optimisme tentang masa depan. Entah siapapun orangnya yang membawa pendar cahaya itu, meski tergopoh dan lunglai, wajib kita merindukannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H