(VI)R (i)TUAL DIATAS POHON Dan JIN Itu Bernama "PRIMA". Dapat kalian baca judul ini dengan "Ritual Diatas Pohon, dan JIN Itu bernama PRIMA.
Pernahkah anda melihat jin? Dimana? Siapakah namanya? Dan semua orang akan tertawa dengan pertanyaan seperti ini. Kita semua akan sepakat memberikan jawaban, "hari gini loe masih percaya ama yang gitu-gituan? Ayolah guys, orang sekarang pada ribut bagaimana caranya membuat hotel di bulan. Loe masih aje mikirin masalah dunia jin. Move on donk guys!". Tapi, pernahkah kita berfikir tentang kesaktian para jin yang ada dalam layar kaca, yang mungkin terjadi di era moderen sekarang ini?
Kesaktian para jin di dunia moderen bermula sejak ditayangkannya film yang berjudul "aladin". Film yang diangkat dari kisah 1001 malam yang fenomenal dari negeri Baghdad, Irak pada abad pertengahan. Dikisahkan seorang pemuda akrobatik, yang terlahir sebagai anak yatim dengan nama "Aladin". Pertualangannya bersahabat dengan jin bermula sejak dirinya diperintahkan oleh hakim masuk ke dalam gua, guna mengambil lampu ajaib.
Bagi kita yang pernah merasakan menjadi anak-anak tentu memiliki fikiran bahwa alangkah enaknya kalau ada jin disamping kita. Mau apa tinggal "cling", minta ini "cling",atau cukup dengan menggunakan mantra "Sim Salabim, Abra Kadabra". Nah, sekarang ini kesaktian itu dapat kamu dapatkan melalui JIN yang bernama PRIMA. Loh kok jin?. Ya, iyalah..., emang makhluk yang bernama PRIMA ini pernah kamu lihat bentuk aslinya? Apalagi dengan zaman serba canggih seperti saat ini, ada yang bentuknya kartu seperti KTP, bahkan ada yang tidak terlihat, yakni digital payment one click.
Oke guys, inilah pengalaman kita yang pernah tinggal di daerah kepaulauan terpencil, bahkan sinyalpun mikir untuk jalan kesana, takut nyasar alias gak tahu jalan pulang.
Ia memiliki nama "Lingga", sebuah pulau di Provinsi Kepulauan Riau. Ketika engkau ingin berlibur kesana membutuhkan waktu seharian dari pelabuhan. Ketika diriku telah mengambil keputusan untuk menjadi seorang guru, maka disaat itu pula diriku telah siap mempertatuhkan nyawa demi mencerdaskan saudara se-bangsaku. Karena kami memilki perjanjian, siap ditempatkan dimana saja, serta siap menanggung resiko, termasuk nyawa sebagai taruhannya. Cukup menyeramkan bukan? Sejak menginjakkan kaki ke pulau inilah, kita mulai di uji yang namanya loyalitas dan integritas.
Kita semua tahu bahwa gaji honorer seorang guru jauh dibawah upah minimum, walaupun demikian ke-ikhlasanlah yang menjadikan para guru tetap konsisten dalam mengajar. Begitu juga dengan kami yang telah terikat kontrak, kami mendapatkan  "penghargaan" atau dalam Bahasa Inggrisnya honor. Honor tersebut langsung dikirim oleh yayasan melalui rekening masing-masing.
Hingga pada suatu hari, ketika diriku penasaran, seberapa besar penghargaan yang akan kami terima. Bukan tidak ikhlas dalam pengabdian, akan tetapi ingin mengukur kemampuan, seberepa besar biaya pengeluaran untuk kedepannya. Baju kemeja dan celana panjang telah disiapkan sebanyak dua style, serta sedikit makanan untuk mengganjal perut selama diperjalanan. Dengan kaos dan celana gunung ku naiki motor andalan, dan bersiap meluncur.
Perjalanan menuju pelabuhan Speed Boat membutuhkan waktu perjalanan selama 3 jam, karena memang jalanan masih tanah naik-turun berbukit, belum lagi kalau jalanan becek bekas curahan air hujan. Aspal?, jangan tanyakan itu, karena memang tempat mengajarku ini jauh di pedalaman. Setelah sampai di pelabuhan, tiga kapal kecil berjejer rapi yang siap mengantar penumpang menuju pulau seberang. Karena memang jadwalnya hanya sebulan 2 kali, sekarang sudah bisa anda bayangkan betapa terpencilnya pulau tempat diriku mengabdi.
Sesampainya di pulau, perjalanan dilanjutkan dengan menumpang ojek, menuju pelabuhan Benan demi melanjutkan perjalan menuju Pulau Bintan tepatnya di Tanjung Pinang. Penat sudah dari perjalanan melelahkan ini, kami para penumpang dari pulau antah barantah melanjutkan pekerjaannya masing-masing. Sedangkan diriku mencari masjid demi meluruskan otot dan syaraf yang mulai tegang akibat kelelahan dalam perjalanan. Dan keesokan harinya barulah diriku mencari tempat tarik tunai kartu ATM. Buku rekening tabungan kami semuanya memakai jasa layanan Bank BNI, namun ternyata hanya ada mesin ATM Bank BRI dan Bank Kepulauan Riau, sebab sudah terlalu letih untuk berjalan mencari mesin ATM BNI.
Tanpa banyak bicara masuklah diriku di ruang mesin ATM, cek saldo keluarlah nominal angka Rp. 747.500,- . Lalu ku lanjutkan dengan perintah "tarik tunai" Rp.650.000,- dan saldo terakhirnya Rp. 92.500,-. Senanglah rasa hatiku pada saat itu, karena uang tersebut gaji pertamaku. Sisa saldo yang seharusnya Rp. 100.000,- menjadi Rp. 92.500,- tiadalah mengherankan bagiku, karena memang hal tersebut merupakan layanan Jaringan Prima. Tahukah anda ATM dengan layanan Jaringan Prima? Layanan ini menghubungkan transaksi finansial antar bank pada semua jaringan ATM seluruh Indonesia, lebih dari 80 bank yang ada diseluruh saentro nusantara, dan prosesnya sungguh REAL TIME ONLINE.
Permasalahan pengambilan honor ini hanya berjalan selama 1 semester saja, mengingat waktu dan biaya yang dikeluarkan sangatlah tidak efisien. Akhirnya ku mencari cara, bagaiman cara mencairkan uang ini tanpa harus menyebrang pulau? Dan bagaimana caranya, honorku ini dapat dirasakan oleh kedua orang tuaku di kampung? Berfikir, dan terus berfikir, akhirnya ku menemukan ide. RITUAL DIATAS POHON, dan ternyata ini berhasil membuat diriku memiliki kekuatan supranatural berupa hipnotis dan bisa mengirim uang jarak jauh. Mau tahu caranya?
Pertama, negosiasi dengan pedagang yang selalu keluar masuk pulau. Yang setiap bulannya selalu belanja & tarik setor tunai di pulau seberang. Syukurnya pedagang tersebut mau dengan negosiasi tersebut. Artinya ketika honor turun, maka tak perlu repot menghabiskan waktu untuk menyebrang lautan, cukup temui sang pedagang lalu gerakkan kedua alis mata naik turun. Akhirnya ia terhipnotis, tanpa banyak bicara ia keluarkan uang sebesar Rp. 450.000,-.
Yang kedua, Ayah dan Ibu memang tidak mengharapkan kiriman berupa uang sebagai balas jasa membesarkan. Cukup mendengar anaknya ini sehat wal afiyat, syukurnya sudah menembus langit. Akan tetapi diriku akan merasa bangga, ketika dapat memberikan sedikit materi selama di kampung orang. Â Nominal memang tidak seberapa, namun yang pasti dengan uang tersebut cukup menjawab "bahwa anaknya ini sudah belajar mandiri".
Kedua ilmu tersebut dapat diaplikasikan. Caranya, naiklah keatas pohon, bawalah sedikit kemenyan yang ditaruh pada serabut tempurung kelapa, lalu dibakar. Bawalah segelas air kembang tujuh rupa. Lalu bacalah mantra "datang tak dijemput, pulang tak diantar". Serius sekali membacamu kawan, hehehe. Ini contoh tulisan korban film horor akibat mikirin honor.
Ingatlah kawan daerah di indonesia tidak semuanya memiliki teknologi 3G apalagi 4G, sudah ditengah pulau, desa pun di pedalaman. Akhirnya teknologi jaringan GSM-lah yang masih bertahan, Geser Sedikit Mati (GSM). Akhirnya ku aktifkan SMS Banking demi melancarkan pencairan honorku tersebut, bawa Hand Phone keatas pohon demi sebatang sinyal. Cukup tekan tombol SEND, maka uang yang ada didalam saku JIN akan sampai ke kampung halamanku.
Terima Kasih JIN (Jaringan Internasional) PRIMA, dengan VISI "To Become The Most Admired And Valuable Electronic financial transaction Solution in Indonesia", dan MISI "To Honorably Serve And Enrich Our Stakeholders' Life". Yang telah me-RINTIS & mengembangkan switching payment sebagai payment solution sejak tahun 2010 lalu. Di era serba digitial, JIN PRIMA telah berhasil memberikan layanan virtual berupa Top-Up (uang elektronik) pada tahun 2015. Dan pada tahun 2017 lalu, mendapatkan kepercayaan oleh Bank Indonesia (BI) untuk membantu mengembangkan & mengimplementasikan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) .
Digital payment solution is not an illusion, just one click you get virtual money. And RINTIS (PT. Rintis Sejahtera) the gateway to Indonesia is advanced. MERDEKA......!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H