Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ada Apa Antara Ahok dan Kartini Muljadi?

13 April 2016   22:35 Diperbarui: 13 April 2016   23:52 4680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehari sebelum Ahok mendatangi KPK, seorang perempuan konglomerat, Kartini Muljadi juga dimintai keterangan (Senin, 11 April 2016) dalam kasus pembelian lahan RS Sumber Waras. Kartini Muljadi diperiksa selama 10 jam terkait statusnya sebagai Ketua Yayasan Kesehatan SUmber Waras (YKSW), penerima hampir Rp 800 M dari APBD DKI.

Siapa Kartini Muljadi? Dia termasuk perempuan terkaya Indonesiaversi majalah Forbes. Selain sebagai Ketua YKSW sejak tahun 2002, Kartini juga memiliki kantor pengacara dan konsultan hukum papan atas Indonesia, Muljadi & Rekan. Selain itu, dia dan anak-anaknya memiliki perusahaan farmasi Tempo Scan Group, yang sahamnya dilepas seperlima pada tahun 2013 senilai $218 juta.

Sayang, walaupun seorang konglomerat, ternyata selama dibawah kepengurusan Kartini, RS Sumber Waras mengalami banyak kesalahan manajemen. Bahkan pernah digugat pailit oleh 12 mantan karyawannya. Gugatan pailit itu diajukan karena 12 karyawan tersebut diberhentikan tanpa pesangon. Demo karyawan juga terjadi beberapa kali. Yang jelas, situasi keuangan RS Sumber Waras memang mengalami defisit parah, dengan jumlah pasien yang terus menurun.

Selain masalah manajemen RS, Kartini MUljadi juga tersandung kasus Swissleaks. Kemudian dia juga terlibat kasus kriminalisasi terhadap Ketua Perkumpulan Sosial Candra Naya (PSCN), I Wayan Suparmin karena Kartini diduga hendak menguasai lahan satunya lagi yang justru berstatus SHM. Suparmin sempat mendekam dipenjara selama 1,5 tahun sebelum akhirnya bebas. YKSW dan PSCN merupakan 2 organisasi yang berasal dari satu induk, yaitu Perkumpulan Sin Ming Hui (berdiri tahun 1946).

Balik ke laptop, soal kasus dugaan korupsi Ahok di RS Sumber Waras, bukan hanya laporan investigatif BPK yang menjadi kunci. Tetapi keterangan Kartini di KPK selama 10 jam itu apa saja?

Karena yang menjadi keanehan proses pembelian tanah itu menurut saya  adalah pertanyaan:

1. Apa urgensi Ahok membeli lahan RS Sumber Waras? Karena ada beberapa opsi berupa  asset pemprov DKI yang ditawarkan oleh Dinkes berupa lahan di Sunter yang bisa dipakai jika ingin mendirikan RS kanker.

Selain itu, DKI juga baru memiliki RSUD Pasar Minggu yang dibangun di era Jokowi dan baru disahkan oleh Ahok bulan Desember 2015 lalu, sangat luas dan memiliki fasilitas sangat lengkap, termasuk untuk kanker.

2. Bukan soal penunjukan langsung yang menjadi masalah bagi saya, tetapi pembelian tersebut terkesan sangat terburu-buru. Jikapun bisa penunjukan langsung, bukankah tetap ada proses perencanaan?

Kemudian ada assessment kelayakan terhadap lahan yang hendak dibeli? Barulah jika regulasi membolehkan penunjukan langsung (kata Ahok), tanpa tender bisa dieksekusi pembelian lahan tersebut.

Sebagai warga DKI Jakarta, tentu saya berharap APBD DKI dikelola dengan hati-hati. Ada perencanaan yang matang, penganggaran yang rasional, penggunaan yang bisa dipertanggung jawabkan.

3. Status lahan tersebut HGB, yang akan habis masanya 3 tahun lagi. Kemudian menunggak PBB pula. Tetapi bisa-bisanya tetap dibeli oleh pemprov DKI?

4. Ahok bertemu langsung dengan Kartini membahas pembelian tanah tersebut. Kok bisa? Bukankah ini keanehan?

5. Terkait NJOP, ternyata bangunan tersebut berada di jalan Tomang Utara, yang nilai NJOPnya jauh lebih rendah dari NJOP di jl. kyai Tapa. Mengapa ini tidak diselidiki lebih lanjut?

Yang jelas, biarlah KPK bekerja dengan baik. Semoga kebenaran memang terungkap dengan jernih mengenai masalah pembelian RS Sumber Waras ini.

Ya sudah, gitu aja. Salam Kompasiana!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun