Jadi, mengapa tidak menghargai juga kedaulatan Suriah untuk menjaga kedamaian di negaranya? Meredam pemberontak. Jika asumsi bahwa Arab Spring melanda Suriah, tentu dalam hitungan bulan Bashar akan terjungkal. Tetapi ini sudah hampir 3 tahun.
Dan saya pernah melihat di televisi ketika di Kairo, bagaimana kelompok minoritas Kristen pada umumnya berpihak kepada Assad, karena kebebasan beragama yang dijalankan di negara ini. Sementara, kekhawatiran terhadap tentara pemberontak juga terjadi, karena pemahaman yang sangat berbeda, mulai dari liberal hingga radikal Islam ada disini (alqaeda/taliban).
Bahkan pengamat Eropa pun menyatakan, betapa susahnya menyatukan pemberontak. Apalagi jika mereka menang perang, dikhawatirkan akan ada lagi perang susulan sesama pemberontak, karena pola pikir yang sangat beda. Rakyat Suriah jadi taruhannya.
Semoga, akal sehat masih menjadi acuan dalam menyelesaikan perdamaian di Suriah. Melebihi kebencian sektarian. Semoga Suriah cepat damai, timur tengah kembali stabil, setiap negara mengurusin rakyatnya masing-masing dengan sebaik-baiknya....amiin..
Ya Sudah, Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H