Baru-baru ini, Presiden Morsi dari Mesir mengajukan proposal baru jalan damai bagi Suriah. Proposal ini mensyaratkan bahwa penyelesaian masalah di kawasan krusial timur tengah ini harus diatasi secara regional, dengan hanya melibatkan 4 negara (quartet), yaitu Turki, Mesir,Iran dan Saudi.
Memang, pedih sekali jika memikirkan darah kemanusiaan yang telah tumpah disini. Perang di Suriah yang masih berkecamuk selama hampir 3 tahun, menunjukkan bahwa Basar Al Assad tidak mudah untuk dilengserkan. Bahkan dengan persenjataan, pengiriman tentara dari berbagai negara untuk memperkuat pemberontak tetap tidak mampu menjungkal keberadaan Assad.
Dan progress sekarang, 3 kota utama yang menjadi basis utama oposisi,yaitu Homs, Qusyair dan Aleppo, telah kembali ke pangkuan pemerintah Bashar.
Yang menjadi tragedi ini semakin banyak kepentingan, tentu ketika masuknya milisi Israel dan Turki mendukung pemberontak, sementara Hisbullah pun masuk membantu pemerintah. Eskalasi pertempuran tidak lagi lokal, tetapi sudah meluas, ke regional kawasan timur tengah, dan semakin mengancam kestabilan kawasan ini.
Apalagi dengan dibukanya embargo senjata, akan membuat daerah ini semakin berdarah-darah. Masing masing pendukung akan mengirimkan senjata andalannya untuk saling memusnahkan.
Ditengah pesimistis seperti ini, masih ada titik harapan cerah, hanyalah ketika Presiden Mesir, Morsi mengajukan proposal damai ini. Sayang, pertemuan pertama tidak dihadiri oleh Saudi, karena keengganan terlibatnya Iran di quartet ini. Tetapi tampaknya Morsi tidak menyerah. Utusan khusus tetap dikirim ke Saudi untuk mengikuti pertemuan berikutnya.
Inti dari proposal damai ini lebih mengupayakan bagaimana jalan damai bagi rakyat Suriah tercipta. Dan tidak penting bagi Morsi, siapa yang menjadi pemegang kendali.
Posisi Morsi ini berubah dari sebelumnya berpihak pada tentara pemberontak, menjadi lebih ke arah SIAPA pun pemegang kendali tidak menjadi masalah, termasuk jika kemungkinan itu lebih besar ada di pemerintah Suriah. Yang lebih penting, kedamaian dan stabilitas segera tercipta.
Dan ini juga seharusnya menjadi pertimbangan negara-negara tersebut diatas. Bukankah kestabilan timur tengah sangat penting sekarang ini? Dan bukankah selama ini masing-masing negara menghormati kedaulatan negara tetangganya?
Apakah Suriah pernah membantu pemberontak PKK di Turki? Tentu tidak. Dan pemerintah Suriah, walaupun selama ini mempunyai pemahaman yang berbeda dengan Saudi, apakah pernah 'mengganggu' Saudi? Tidak. Walaupun mungkin ada ketegangan karena pemahaman yang berbeda, selama ini kedua negara tersebut baik-baik saja. Jadi mengapa harus intervensi?
Dan ketika Bahrain meredam demo rakyatnya yang kebetulan Syiah, dan Saudi membantu dengan mengirimkan tentaranya disini, apakah negara lain yang sama-sama Syiah ikut membantu? Tidak. Kedaulatan pemerintah Bahrain dihargai untuk meredam demo masyarakatnya, bahkan dengan bantuan Saudi.
Jadi, mengapa tidak menghargai juga kedaulatan Suriah untuk menjaga kedamaian di negaranya? Meredam pemberontak. Jika asumsi bahwa Arab Spring melanda Suriah, tentu dalam hitungan bulan Bashar akan terjungkal. Tetapi ini sudah hampir 3 tahun.
Dan saya pernah melihat di televisi ketika di Kairo, bagaimana kelompok minoritas Kristen pada umumnya berpihak kepada Assad, karena kebebasan beragama yang dijalankan di negara ini. Sementara, kekhawatiran terhadap tentara pemberontak juga terjadi, karena pemahaman yang sangat berbeda, mulai dari liberal hingga radikal Islam ada disini (alqaeda/taliban).
Bahkan pengamat Eropa pun menyatakan, betapa susahnya menyatukan pemberontak. Apalagi jika mereka menang perang, dikhawatirkan akan ada lagi perang susulan sesama pemberontak, karena pola pikir yang sangat beda. Rakyat Suriah jadi taruhannya.
Semoga, akal sehat masih menjadi acuan dalam menyelesaikan perdamaian di Suriah. Melebihi kebencian sektarian. Semoga Suriah cepat damai, timur tengah kembali stabil, setiap negara mengurusin rakyatnya masing-masing dengan sebaik-baiknya....amiin..
Ya Sudah, Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H