Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

5 Penyakit Ancaman Kesehatan Paling Tinggi di Indonesia

6 Maret 2015   21:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:04 1701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1425629600759524501

[caption id="attachment_401178" align="aligncenter" width="589" caption="Ilustrasi, Hipertensi (Shutterstock)"][/caption]

Waduh, beberapa hari ini saya ngulik-ngulik data Riskesda (Riset Kesehatan Dasar), data resmi Kementerian Kesehatan RI, cukup miris deh melihat kondisi kesehatan Indonesia secara umum.  Oh iya, data ini tahun 2013 adalah data terakhir riset kesehatan dasar kita. Memang gak update tiap tahun, tetapi seharusnya bisa menjadi acuan intervensi kesehatan atau program nasional bagi pemerintah.

Didata tersebut, ada 5 penyakit yang tinggi sekali prevalensinya di Indonesia. Jadi merupakan ancaman kesehatan rakyat secara umum. Penyakit itu adalah:

1. Hipertensi. Ternyata di Indonesia, prevalensi hipertensi tinggi banget, lebih dari seperempat, yaitu 25,8%. Hipertensi disebut juga silent killer, karena kadang tidak disadari, tetapi bisa merusak organ tubuh dan pemicu gagal ginjal, stroke, jantung. Hipertensi atau tekanan darah tinggi bisa terjadi karena pola konsumsi yang cenderung menghambat atau menyempitkan aliran darah, seperti kebanyakan garam, lemak tak jenuh, merokok.

Dari data Riskesda, saya juga melihat 3 provinsi dengan hipertensi tertinggi adalah Bangka Belitung (30,9), Kalimantan Selatan (30,8) dan Kalimantan Timur (29,6).

2. Penyakit sendi/encok/rematik. Penyakit ini prevalensinya juga tertinggi kedua, yaitu 24,7. Definisi penyakit ini disebutkan sebagai penyakit inflamasi sistemik kronik pada sendi-sendi tubuh. Gejalanya berupa nyeri, disertai kekakuan, merah, pembengkakan, yang bukan karena benturan ataupun kecelakaan.

Salah satu cara untuk mengatasi penyakit sendi ini diantaranya juga dengan menjaga pola makan, cukup asupan kalsium dan vitamin sendi lainnya, serta rajin olahraga.

Selain data nasional tersebut, provinsi dengan prevalensi tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) 33,1, Jawa Barat (32,1) dan Bali (30,0).

3. Hepatitis B, prevalensinya di Indonesia mencapai 21,8. Hepatitis B merupakan penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B.  Sebenarnya penyakit hati ini bukan saja karena virus, tetapi juga akibat paparan bahan kimia berbahaya, karena hati berfungsi untuk menetralkan racun di dalam tubuh.

Jika disebabkan virus, berhati-hatilah, karena virus ini sangat ganas, dan lebih cepat 10 kali dalam hal  menularkan dibandingkan virus HIV. Sebenarnya ada herbal yang baik sekali untuk kesehatan hati ini. Saya dulu banget pernah baca di Intisari (masih ada gak sih majalah ini, hehee), kisah orang yang sakit hati parah banget, sembuh karena telaten konsumsi temulawak. Curcumin di dalam temulawak dan kunyit sangat baik untuk kesehatan hati. Bahkan curcumin ini sudah dikombinasikan sebagai resep dokter juga sekarang ini.

Provinsi dengan prevalensi tertinggi Hepatitis B, yaitu Bangka Belitung (48,2), kemudian Maluku (47,6) dilanjutkan oleh DKI Jakarta (37,7).

4. Stroke, prevalensinya 12,1. Data penyakit yang paling tajam peningkatannya ya stroke ini, karena tahun 2007 baru 8,3, tahun 2013 naik menjadi 12,1. Stroke merupakan penyakit defisit fungsi susunan syaraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah di otak (WHO).

Provinsi dengan prevalensi stroke tertinggi yaitu Sulawesi Selatan (17,9), DI Yogyakarta (16,9), Sulawesi Tengah (16,6), disusul oleh Jawa Timur (16,0).

5. Balita kurang gizi, 19,6. Aduh, ini juga data yang sangat memprihatinkan.  Bayangkan saja, hampir 1 dari 5 balita di Indonesia kurang gizi.

Provinsi dengan prevalensi balita kurang gizi tertinggi adalah NTT (35%), kemudian Papua (32%), dan Maluku (30%).  Kalau lebih detil lagi, data stunting (pendek) juga mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, yaitu 37,2% meningkat dari data tahun 2010 sebesar 35,6%.

Jadi, udah kurang gi5zi, pendek, duh, gimana ya, mau bersaing di era globalisasi. Posyandu, mana nih posyandu. Semoga bisa menjadi perhatian, terutama di provinsi dengan tingkat prevalensi yang tinggi banget diatas.

Ya sudah, gitu aja. Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun