Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Namanya Saja Proton; Itu Mobnas Malaysia, Bukan Indonesia!

9 Februari 2015   18:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:32 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1423457238968438269

[caption id="attachment_395727" align="aligncenter" width="400" caption="Macet dengan Mobil Pribadi, jalur Busway kosong; Sudirman, Jakarta. Foto: Ilyani"][/caption]

Rasanya sah-sah saja, jika Proton juga membidik pangsa pasar Indonesia. Penduduknya 240 juta gitu loh! Bisa saja bikin pabrik disini, dan siap-siap bersaing dengan sejumlah merek-merek mobil yang sudah mapan di Indonesia. Bersaing harga, kualitas dan promosi sekuatnya demi lakunya jualan 'mereka' disini.

Tetapi untuk menjadi mobil nasional INDONESIA? Sek, sek, mari gunakan nalarnya ya, hehee. Proton kan sudah trade mark mereknya Malaysia. Mobil Nasionalnya Malaysia, ngapain Indonesia ikut menyebut sebagai mobil nasional Indonesia? Oh iya, berita resmi atau MOU-nya memang menyebutkan pengembangan mobil nasional (Indonesia National Car) dengan Proton kok...bisa dilihat disini.

Koneksi branding dengan negara asal sudah terekam kuat di kepala konsumen. Sebut aja, Hyundai, Kia, mesti rame-rame menyebut Korsel, terus Toyota, Honda, semuanya bilang Jepang, Mercedez, ya Jerman. Proton, ya ingatnya MALAYSIA!

Kemudian, yang penting diingat juga definisi mobil nasional itu apa? Kalau menurut saya sih seperti ini:

1. Inisiasi pembuatan berasal dari Indonesia, sehingga merek yang dibuat adalah merek 'asli' Indonesia. Branding sangat penting, sehingga ketika melihat merek ini, orang langsung mengingat Indonesia.

2. Pabriknya ada disini, di Indonesia, bahan baku, paling tidak 70-80% berasal dari lokal.

3. Jikapun ada kerjasama dengan swasta lain, baik dalam negeri maupun asing, saham mayoritas tetap dipunyai oleh pemegang merek nasional tersebut, top manajemen, dewan direksi, mayoritas masih orang Indonesia. Kerjasama tetap penting, terutama untuk riset pengembangan mesin otomotif, sistem industri otomatifnya, pengembangan pasar ke negara lain, tambahan modal kerja, dan seterusnya.

Sebenarnya, pemerintah sudah tidak perlu lagi mengurus mengenai mobil pribadi itu nasional atau tidak. Yang penting dipikirin oleh pemerintah adalah sistem transportasi massal di Indonesia, dengan penyuplai bus yang mandiri.

Bayangkan, untuk DKI Jakarta saja, tiap tahun kudu mengalokasikan duit dari APBD trilyunan rupiah untuk impor bis dari China! Kenapa tidak bikin sendiri aja bisnya di Indonesia? Di Karawang itu, daerah kawasan industri, sehingga suplai bis untuk transportasi publik tidak terkendala biaya, lama waktunya di jalan, dan rusak pula kena gelombang dan air laut. Apalagi untuk mengecek spesifikasi teknis apakah sesuai atau tidak, massa harus ke China saban waktu?

Sekarang liat saja di Jakarta, mobil pribadi sudah menumpuk dan bikin kemacetan yang super parah, sementara jalur busway kosong melompong. Itu karena jumlah busnya juga memang kurang memadai. Yang penting diingat, Jakarta sudah diberi 'Congratulations' oleh Time, sebagai kota termacet di dunia!

Kota-kota besar di Indonesia juga sudah mengalami hal yang sama.  Kemacetan yang parah, sementara trasnportasi publiknya tidak terintegrasi. Kalau pakai angkot, lah angkot itu malah bikin kacau tata kota, ngetem dimana-mana, dan banyaknya gak ketulungan. Tetapi tidak menyelesaikan masalah angkutan massal yang terinterasi. Angkot bisa dibutuhkan sebagai 'feeder' dari tempat terdekat masyarakat ke halte busway. Seharusnya begitu.

Jadi, permasalahan sistem transportasi publik ini yang seharusnya menjadi prioritas dipikirkan oleh pemerintah. Termasuk suplai bis-bisnya, yang seharusnya dibuat lokal, mandiri. Sehingga uang negara yang trilyunan rupiah tidak habis hanya untuk impor bis. Padahal seharusnya bisa dipakai untuk membuat industri otomotif bis. Multiplier efek dari industri otomotif bis ini akan sangat besar sekali, baik bagi berkembangnya UKM untuk suplier spare part, karoseri, penyerapan tenaga kerja, dan seterusnya.

Ya sudah gitu aja. Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun