Diary #Day18
"Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika ditimpa malapetaka, mereka berputus asa dan hilang harapannya." (Fussilat; 49)
Yana sudah kehabisan buku untuk dibaca. Akhirnya meski tidak ada jadwal kuliah. Dirinya memaksakan untuk pergi ke kampus. Menumpang angkot yang lewat depan rumahnya. Dan harus membayar saat tiba di tempat tujuan. Harusnya saat ini Yana sedang menikmati buku-buku yang baru dirinya beli di toko buku. Tapi kan karena Yana memberikan uangnya ke pada bapak-bapak yang ditemui di dekat lampu lalu lintas di sebuah jalan besar di kota tempatnya tinggal. Akhirnya Yana tidak jadi membeli buku.
Sesampainya di depan gerbang kampus. Yana langsung menuju ke perpustakaan. Perpustakaannya nampak sepi. Sepertinya dijam-jam seperti ini. Para mahasiswa masih banyak yang kuliah. Jika tidak kulaih pun tidak memaksakan ke kampus seperti dirinya. Setelah menitipkan tas di loker perpus. Yana hanya membawa ponsel, kartu anggota perpus dan kunci loker.
Kemudian Yana menuju rak-rak buku. Mencari buku yang hendak dirinya baca. Kini Yana tengah berdiri di ujung rak buku bertulisan buku-buku novel. Yana berjalan meraba buku-buku itu dengan ujung tangannya. Mencari dengan rasa buku mana yang akan dirinya baca. Akhirnya setelah berkeliling beberapa waktu. Tangannya berhenti meraba. Ujung jari Yana berhenti memegang sebuah buku novel lumayan tebal.
Itu adalah sebuah novel berjudul Toska Berujung Luka. Karya seorang penulis pemula. Yang Yana saja tidak pernah kenal dan tahu sebelumnya. Setelah meraih buku itu. Dan kini bukunya sudah berada di genggaman. Yana menuju ke tempat duduk pilihannya.
Yaitu di sebuah pojokan perpustakaan. Mengambil posisi enak. Mematikan data seluler ponsel dan merubah nada dering menjadi mode diam. Setelah merasa nyaman. Yana mulai membaca halaman pertama. Hingga terus menuju halaman-halaman berikutnya. Hingga tiba-tiba ada seorang yang duduk di depannya. Awalnya Yana menghiraukan seseorang itu. Sampai ucapan seseorang itu mengalihkan fokusnya dan mengangkat kepalanya hingga mata mereka saling bertatap.
"Maaf ganggu. Boleh saya duduk di sini?" tanya seseorang yang sedari tadi membuat fokus Yana hilang. Ternyata seseorang itu adalah seorang pria yang dia temui di atap gedung beberapa waktu lalu. Seorang pria yang sempat ingin meloncat dari atap gedung.
"Silahkan. Ini tempat umum kok." ucap Yana ketus. Karena sebal waktunya diganggu.
"Sendirian?"
"Keliatannya?"
"Ohya. Kenalin nama saya Ibrahim. Kamu bisa panggil saya Baim."
"Saya Yana. Panggil aja Yana."
"Senang berkenalan sama kamu."
"Ada perlu apa?" tanya Yana semakin ketus. Karena dengan tiba-tiba pria yang mengaku bernama Baim ini mengajak berkenalan dan sekarang so kenal dengannya.
"Pingin ngobrol aja sama kamu. Nggak papa kan?"
"Sebenarnya ganggu sih. Saya lagi baca."
"Maaf. Tapi boleh minta waktunya sebentar. Untuk bicara."
"Ya udah silahkan. Mau bicara apa emang?"
"Meski kamu pasti bosan. Tapi saya pingin bilang makasih karena sudah menolong saya. Meski saya tahu kamu bilang tidak berniat menolobg saya kan?"
Yana mengangguk.
"Tapi tetap saja. Tuhan sudah mengirim kamu untuk saya. Saya memang bodoh. Waktu itu pilih untuk bunuh diri. Gak pikir panjang. Tapi saya punya alasan. Saya putus asa. Putus asa akan seluruh hidup saya. Dari mulai masalah keluarga, ekonomi, hubungan temna, kuliah dan lainnya. Jadi sampai saya beripikir sepertinya tidak ada jalan keluar lagi kecuali bunuh diri."
"Apapun alasan kamu. Apapun masalah kamu. Mau kamu putus asa atau tidak. Toh putus asa dan kehilangan harapan memang bagian dari manusia. Sebenarnya itu bukan urusan saya. Tapi saya cuma mau bilang. Selama manusia hidup. Berarti selama itu pula masih ada yang namanya harapan. Putus asa boleh hanya untuk beristirahat. Tapi bangkit dan meneruskan hidup kamu itu yang terpenting."
"Saya ingin lanjut baca buku. Saya pergi dulu ya. Semoga masalahmu cepat selesai. Jangan coba bunuh diri lagi Baim." lanjut Yana sembari pergi meninggalkan Baim duduk sendirian. Dengan wajah yang sedikit tersenyum dan ada harapan di sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H