Diary #Day17
"Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu, dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat." (QS.Al-Hujurat {49}:10)
Yana sedang duduk santai di depan rumah. Lalu di kejauhan tiba-tiba nampak mobil mamahnya masuk ke halaman rumah. Dan terparkir pada tempatnta. Setelah mematikan mesin mobil. Mamah Yana langsung berlari menuju Yana dengan wajah yang sangat masam. Sepertinya sedang kesal.
"Mamah sebel Yan sama temen mama." ucap Mamah Yana seketika saat duduk di kursi samping kursi yang Yana duduki.
"Waalaikumsalam mah." Yana malah mengucap kalimat tersebut.
"Eh iya lupa. Assalamualaikum Yan."
"Waalaikumsalam. Mamah tadi bilang sebel sama temen mamah?"
"Iya."
"Kenapa emang?"
Sebelum menjawab pertanyaan Yana. Mamah nampak menarik nafas panjang. Bersiap menceritakan segala hal yang menbuat wajah ya masam sedari tadi sampai.
"Itu loh Bu Tita Yan. Temen mamah di tempat kerja. Nyebelin banget tau. Padahal mamah udah jelasin tugas buat dia. Yang harus selesai hari ini. Dan mamah juga suruh dia buat kumpulin tugasnya langsung ke atasan mamah. Eh mamah malah didatangi atasan mamah. Ditagih tugasnya. Dimarah-marahi. Ternyata Bu Tita gak ngerjain tugasnya. Dan malah asyik mainan ponsel di meja kerja. Saat mamah tanya. Dia hanya nyengir jawab lupa. Dengan wajah datar tanpa dosa."
"Dia anak baru ya mah?"
"Ko tau?"
"Ya belum lihai aja kali tuh kerjanya. Masih kagok jadi gitu."
"Ya tapi kan itu resiko dia harus inget apa yang harus dikerjain. Masa kerja kayak gitu. Dia diterima kerja di tempat mamah kerja ya buat ngerjain kerjaan-kerjaan tepat pada waktunya kan?"
"Terus ada satu lagi yang buat sebel Yan." ucap mamahnya Yana lagi menyambung ceritanya yang tadi.
"Apa mah?"
"Atasan mamah malah nyalahin mamah. Terus atasan mamah bilang begini. Bisa-bisanya nerima orang yang gak kompetesn. Gitu coba. Padahal kan orang bisa diterima kerja di situ ya keputusannya atasan mamah. Emang semua orang gak jelas banget hari ini."
"Sabar mah. Di dunia kerja kan emang gitu."
"Kamu sih Yan. Belum rasain kerja gimana. Nanti kalo rasain siap-siap aja."
"Ya mah. Tapi setidaknya Yana ingin menghibur mamah. Bair mamah gak naruh benci ke orang. Jadi mamah juga harus bisa kendalinin emosi mah."
"Udah ah Yan. Percuma cerita sama kamu. Mamah mah gak bakal lupain si Bu Tita. Pokoknya mamah benci sama dia." ucap mamah Yana dengan ketus sembari berbalik dan masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Yana masih duduk di kursi teras rumah sendirian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H