"Dia anak baru ya mah?"
"Ko tau?"
"Ya belum lihai aja kali tuh kerjanya. Masih kagok jadi gitu."
"Ya tapi kan itu resiko dia harus inget apa yang harus dikerjain. Masa kerja kayak gitu. Dia diterima kerja di tempat mamah kerja ya buat ngerjain kerjaan-kerjaan tepat pada waktunya kan?"
"Terus ada satu lagi yang buat sebel Yan." ucap mamahnya Yana lagi menyambung ceritanya yang tadi.
"Apa mah?"
"Atasan mamah malah nyalahin mamah. Terus atasan mamah bilang begini. Bisa-bisanya nerima orang yang gak kompetesn. Gitu coba. Padahal kan orang bisa diterima kerja di situ ya keputusannya atasan mamah. Emang semua orang gak jelas banget hari ini."
"Sabar mah. Di dunia kerja kan emang gitu."
"Kamu sih Yan. Belum rasain kerja gimana. Nanti kalo rasain siap-siap aja."
"Ya mah. Tapi setidaknya Yana ingin menghibur mamah. Bair mamah gak naruh benci ke orang. Jadi mamah juga harus bisa kendalinin emosi mah."
"Udah ah Yan. Percuma cerita sama kamu. Mamah mah gak bakal lupain si Bu Tita. Pokoknya mamah benci sama dia." ucap mamah Yana dengan ketus sembari berbalik dan masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Yana masih duduk di kursi teras rumah sendirian.