Mohon tunggu...
Ilvi Heryadi
Ilvi Heryadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Formalisme Lebih Dekat, Yuk!

5 Mei 2024   19:40 Diperbarui: 5 Mei 2024   19:49 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa itu formalisme?

     Secara etimologis, formalisme berasal dari kata forma (Latin), yang berarti bentuk atau wujud. Dalam ilmu sastra, formalisme adalah teori yang digunakan untuk menganalisa karya sastra yang meliputi teknik pengucapan, kata-kata formal dan bukan isi, serta terbebas dari unsur luar dan dapat berdiri sendiri (Otonom) juga terbebas dari pengaruh ilmu lainnya. Sementara dalam Kamus Istilah Sastra karya Panuti Sudjiman, formalisme adalah aliran kritik sastra yang mementingkan pola-pola bunyi dan kata yang formal (Tradisional).

     Jadi, formalisme adalah pendekatan kritis dalam sastra yang menekankan pada struktur, bentuk, dan gaya sastra itu sendiri, daripada konteks sejarah atau sosial di mana karya sastra tersebut diciptakan.

Siapa saja tokoh-tokoh formalisme?

Dan bagaimana konsepnya?

1. Victor Sjklovski

Konsepnya menekankan sifat kesastraan yang muncul melalui penyusunan dan pengubahan bahan yang semula netral. Dia memperkenalkan konsep defamiliarisasi, di mana pengarang mengubah teks menjadi aneh dan asing untuk menghindari otomatisasi. Proses ini, disebut defamiliarisasi, membuat teks terasa asing dan memaksa pembaca untuk melihat dunia dengan cara yang baru.

2. Tynjanov

Tynjanov, sebagai tokoh utama Formalisme Rusia, bertanggung jawab dalam mengaitkan evolusi historis sastra dengan perubahan. Dia menekankan bahwa studi sastra harus fokus pada hal-hal yang ada dalam teks saja (aspek intrinsik), tanpa melibatkan aspek ekstrinsik seperti faktor sejarah, biografi pengarang, atau konteks budaya.

 3. Roman Jakobson

Jakobson, pendiri Prague Linguistics Circle, juga merupakan tokoh penting dalam formalisme. Kontribusinya terletak pada analisis struktural dan semiotik karya sastra, yang mengubahnya menjadi fakta sosial yang dipahami melalui konsep semiotik.

 4. Boris Eichenbaum

Eichenbaum menekankan pembebasan diksi puitik dari intelektualisme dan moralisme. Dia berusaha untuk menolak prinsip-prinsip estetika subjektif yang didukung oleh kaum simbolis, dengan fokus pada kebebasan dalam ekspresi sastra.

     Dengan demikian, tokoh-tokoh formalisme ini memberikan kontribusi penting dalam memahami karya sastra melalui pendekatan yang menekankan aspek formal dan intrinsik, serta pembebasan karya sastra dari pengaruh eksternal seperti sejarah, biografi pengarang, dan konteks budaya.

Apa saja kekurangan dan kelebihan teori formalisme?

Kelebihan Formalisme 

1. Konsentrasi pada Struktur Formal

Formalisme memberikan perhatian penuh pada struktur formal sastra secara objektif.

2. Pendekatan Intrinsik

Pendekatan formalisme membicarakan karya sastra pada unsur-unsur yang membangun karya dari dalam.

3. Membongkar Keterkaitan Unsur

Tujuan formalisme adalah memaparkan keterkaitan dan keterjalinan semua unsur karya sastra untuk menghasilkan makna menyeluruh.

Kelebihan Formalisme

1. Kurang Memperhatikan Pengarang dan Latar Belakang

Formalisme tidak berusaha menemukan pengarang dan latar belakang karya sastra, fokusnya lebih pada struktur dan makna intrinsik.

2. Kurang Memperhatikan Konteks Sosial

Formalisme cenderung lepas dari aspek sosiologis dan konteks sosial sejarahnya, menjadikan karya lepas dari latar belakangnya.

3. Keterbatasan dalam Penafsiran

Formalisme terkadang dianggap terlalu otonom dalam pemaknaannya, tidak memperhatikan hubungan antara karya satu dengan yang lain.

Referensi

Saleh dan Fatulloh, “Teori Formalisme – Balaghah”, Buletin Al-Turas, Vol. 20 No. 1 (2014), hlm. 147, tersedia pada http://www.journal.uinjkt.ac.id/index.php/al-turats/article/view/3753/2748 (2014).

Fadlil Munawwar Manshur, “Kajian Teori Formalisme Dan Strukturalisme”, SASDAYA: Gadjah Mada Journal of Humanities, Vol. 3 No. 1 (2019), hlm.83, https://doi.org/10.22146/sasdayajournal.43888.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun