Mohon tunggu...
Ilham Paulangi
Ilham Paulangi Mohon Tunggu... Konsultan - Peminat masalah budaya, komunikasi, dan demokrasi.

menulis itu asyik

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Semiotika Tempe

9 November 2018   18:00 Diperbarui: 10 November 2018   09:05 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Realitas politik, historis dan ideologi yang secara laten direfresentasi oleh makanan tempe, tentu sangat jamak. Seperti kita tahu, terdapat ratusan juta rakyat Indonesia adalah pemakan tempe, dan sangat bergantung pada makanan ini. Kedua, tempe ini adalah berbahan baku kacang kedelai yang mayoritas diimpor dan sangat rawan dengan fluktuasi mata uang. Artinya sangat strategis secara ekonomi dan politik. Sehingga pengungkapan petanda "tempe" tak ayal lagi menjadi sangat diskursif.

Diskursus politik di negeri ini, setidaknya untuk beberapa bulan ke depan akan diwarnai dengan pertarungan simbolik dan metafora, semacam  ini. Demi memperluas dan memperkaya diskursus, tentunya ini boleh-boleh saja, asal publik bisa memaknainya secara cerdas dan bijak.

Andi Ilham Paulangi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun