Realitas politik, historis dan ideologi yang secara laten direfresentasi oleh makanan tempe, tentu sangat jamak. Seperti kita tahu, terdapat ratusan juta rakyat Indonesia adalah pemakan tempe, dan sangat bergantung pada makanan ini. Kedua, tempe ini adalah berbahan baku kacang kedelai yang mayoritas diimpor dan sangat rawan dengan fluktuasi mata uang. Artinya sangat strategis secara ekonomi dan politik. Sehingga pengungkapan petanda "tempe" tak ayal lagi menjadi sangat diskursif.
Diskursus politik di negeri ini, setidaknya untuk beberapa bulan ke depan akan diwarnai dengan pertarungan simbolik dan metafora, semacam  ini. Demi memperluas dan memperkaya diskursus, tentunya ini boleh-boleh saja, asal publik bisa memaknainya secara cerdas dan bijak.
Andi Ilham Paulangi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H