Mohon tunggu...
Ilham Paulangi
Ilham Paulangi Mohon Tunggu... Konsultan - Peminat masalah budaya, komunikasi, dan demokrasi.

menulis itu asyik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Masih Sempatkah Merenung?

29 Agustus 2018   17:05 Diperbarui: 30 Agustus 2018   12:49 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kesepahaman Digital

Patut diduga, bahwa ruang kesepahaman yang ada, boleh jadi memang mengalami perluasan. Penyebabnya, tidak persis sama dengan jaman lampau, tetapi penyebabnya lebih berbasis digital. 

Ruang kesepahaman menjadi luas, karena dunia digital menyiapkan berbagai informasi bagi setiap manusia untuk dapat saling memahami. Menyiapkan ruang yang tranfaran untuk memahami dunia tanpa distorsi. Tak ada hal yang tersembunyi di dunia digital. Dunia digital, seperti dengan segala macam sifat keterbukaannya seakan menjadi horizon kebersamaan dan kesepahaman yang sangat luas.

Dugaan  lain yang juga masuk akal adalah, bahwa perluasan kesepahaman masyarakat milenial, adalah  perubahan besar yang terjadi akibat pergeseran dari era informasi ke era data. Kekuasaan tak lagi dipengaruhi oleh akses informasi, tetapi siapa yang menguasai data.

Kekuasaan atas informasi mengandaikan kekuasaan yang vis a vis antara produsen dengan konsumen. Sementara era data tidak. Konsumen tidak menjadi korban dari kapitalisme secara langsung, tetapi justru mengambil keuntungan darinya tanpa mengurangi apapun dari konsumen. 

Sehingga tidak ada kepentingan bagi dunia kapitalisme untuk menahan dan menguasai informasi. Alih-alih membaginya dan disebarkan secara luas. Konsumen bukan lagi sebagai objek semata, tetapi lebih menjadi mitra kolaboratif.

 Dengan begitu, mungkin tak ada alasan menyatakan  bahwa dunia milenialisme  adalah dangkal secara intektual. Karena komunikasi jaman milenial sangat cair, pemikiran juga lebih mengalir. Tidak kritis tapi positif.

Masalah  kehidupan modern mengalami banyak kebuntuan dan tak  menemukan solusi. Masa milenial, justru menyediakan   lebih banyak dan lebih beragam solusi. Kuncinya,  dunia milenial cenderung tak kritis, tapi menciptakan solusi secara kolaboratif.

Andi Ilham Paulangi, alumni FIB Unhas, magister komunikasi politik Jayabaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun