Mohon tunggu...
Ignatius D
Ignatius D Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Murid, Pelajar, dan Anak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Sosial Tidak Sepenuhnya Buruk

18 Februari 2023   21:02 Diperbarui: 19 Februari 2023   07:48 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandangan mereka tentang orang yang bertentangan pendapat dengan mereka akan terbentuk sepenuhnya dari kata-kata orang lain. Di media sosial, semuanya berada di dunia mereka masing-masing. Apabila dua orang dengan pendapat yang bertentangan bertemu, kedua orang ini tidak akan pernah mencapai kesepakatan karena mereka sudah membenci satu sama lain akibat bincangan orang lain di komunitas mereka.

Apakah misinformasi meningkat atau menurun?

Meskipun itu, akibat media sosial, tingkat perpecahan pada tingkat ini hanya terjadi pada perselisihan subjektif. Baik itu politik, kehidupan, atau hal kecil seperti game. 

Tentu saja, masih ada komunitas dengan sudut pandang yang salah secara objektif, tetapi kenyataannya, mereka telah berkurang secara signifikan setelah munculnya internet. 

Saat komunikasi jarak jauh tak terbatas menjadi lebih umum, informasi menjadi lebih mudah diakses. Dengan informasi baru yang datang dari tempat lain, dan para ahli yang sekarang dapat membagikan penelitian mereka secara bebadan efektif, sebagian besar masyarakat menjadi lebih terinformasi. s 

Sebuah contoh adalah penurunan drastis dalam penggunaan obat kuno palsu untuk menyembuhkan penyakit berat seperti kanker (meskipun banyak orang masih percaya pada metode yang tidak efektif untuk menyembuhkan penyakit ringan), dan warga negara dari banyak negara mempelajari hal-hal mengerikan yang dilakukan oleh pemerintah mereka jauh di masa lalu atau bahkan di masa ini. 

Pada era internet, tampaknya adalah bahwa misinformasi menjadi jauh lebih umum, tetapi itu hanya efek samping dari banyaknya suara berbeda yang dapat didengar oleh seorang indidivu. 

Sebelum adanya media sosial, seseorang mungkin telah melihat jutaan orang yang berbeda, tetapi paling hanya pernah mendengar kepercayaan dari ratusan orang. Namun dengan adanya media sosial, angka tersebut telah berubah menjadi ribuan, bahkan mungkin jutaan. Penyebar misinformasi sudah ada dari dulu. Setidaknya sekarang orang yang ingin melawan misinformasi dapat melawan balik.

Jadi kesimpulannya: Platform media sosial tertentu telah membuat masyarakat semakin terpecah belah dengan menciptakan ruang gema sempurna yang mengubah kepercayaan biasa menjadi versi yang semakin ekstrim; namun, media sosial juga telah membuat semua orang menjadi lebih terinformasi, setidaknya untuk saat ini. 

Meskipun mungkin terasa seperti masyarakat lebih terpecah belah sekarang dibandingkan masa lalu, atau hoax lebih sering muncul saat ini, itu hanyalah ilusi yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah sudut pandang yang dapat kita lihat. Pada akhirnya, saya berharap kita semua bisa sepakat bahwa media sosial tidak sempurna, tapi juga bukan ciptaan iblis. Tapi bahwa sosial media hanyalah sebuah langkah dalam evolusi manusia sebagai spesies.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun