Mohon tunggu...
Muhammad arifiyanto
Muhammad arifiyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Wirausaha yang menyalurkan hobinya dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunga Matahari

17 Agustus 2024   18:00 Diperbarui: 17 Agustus 2024   18:06 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap sore, Andi datang ke kebun itu dengan perlengkapannya. Sari yang biasanya bekerja sendirian, kini merasa ditemani oleh suara halus kuas yang menyentuh kanvas. Mereka sering berbincang tentang banyak hal, mulai dari bunga, lukisan, hingga kehidupan. Hari demi hari, kebun itu bukan hanya menjadi tempat Andi melukis, tetapi juga tempat mereka berbagi cerita dan tawa.

Suatu senja, saat matahari mulai tenggelam dan langit berubah menjadi jingga, Andi menyelesaikan lukisannya. Dia memanggil Sari untuk melihat hasilnya. Di atas kanvas, tergambar kebun bunga yang menakjubkan, dengan bunga matahari yang bersinar di tengahnya. Namun, bukan hanya bunga-bunga itu yang membuat lukisan itu indah. Ada sesuatu yang lain di sana---sepasang matahari kecil di sudut kanvas, saling menyapa dengan hangat. Itu adalah bayangan mereka berdua.

Sari menatap lukisan itu dengan mata berkaca-kaca. Dia menyadari sesuatu yang telah lama terpendam dalam hatinya

"Lukisan ini indah sekali," katanya pelan.

Andi menatap Sari dengan senyum lembut. "Kebun ini memang indah, tapi yang membuatnya berarti adalah kamu, Sari."

Aku cinta padamu Sari, i love u " tulus dalam hati Andi mengungkapkan perasaan terdalamnya. Seraya menggenggam erat tangan Sari . Dia berharap kata-kata itu bisa menyampaikan seluruh perasaan yang ada di hatinya

" aku serahkan sekuntum bunga matahari ini, sebagai bukti kekuatan cintaku dan aku siap menghadapi segala tantangan bersamamu"   ucap Andi dengan penuh keyakinan, sambil menatap dalam-dalam mata kekasihnya.

Ketika kata-kata itu keluar dari bibir Andi, Sari merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Perasaan hangat menjalar di dadanya, membuatnya sejenak terdiam. Pandangan mereka bertemu, dan dalam tatapan mata AndiSeperti bunga matahari yang selalu mencari sinar matahari, hatinya kini telah menemukan sinar yang lain. Cinta itu telah menyapa, seperti angin lembut yang membelai bunga di kebunnya.

Sari mengangguk pelan, senyum mengembang di wajahnya. Mereka berdiri di sana, di antara bunga-bunga matahari yang tersenyum, merasakan bahwa cinta telah menemukan jalannya. Hari itu, kebun bunga Sari tidak hanya dipenuhi oleh keindahan alam, tapi juga oleh kehangatan cinta yang baru saja bermekaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun