Pola asuh yang diterapkan orang tua memiliki dampak signifikan. Pola asuh otoritatif, yang menggabungkan kasih sayang dan aturan yang konsisten, menghasilkan anak yang percaya diri, mandiri, dan memiliki keterampilan sosial yang baik. Sebaliknya, pola asuh otoriter (keras) atau permisif (terlalu longgar) dapat menghambat perkembangan sosial-emosional.
b. Keharmonisan Keluarga
Keharmonisan keluarga memberikan rasa aman secara emosional bagi anak. Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang dan minim konflik lebih cenderung memiliki kemampuan sosial yang baik. Sebaliknya, konflik keluarga atau perceraian dapat menyebabkan kecemasan, rasa tidak aman, dan kesulitan dalam menjalin hubungan sosial.
c.Keterlibatan Emosional
Keterlibatan emosional orang tua, seperti memberikan dukungan, mendengarkan, dan menghargai pendapat anak, membangun rasa percaya diri pada anak dan membantu mereka memahami serta mengelola emosi mereka sendiri.
3. Lingkungan Sekolah dan Teman Sebaya
Setelah keluarga, lingkungan sekolah menjadi tempat kedua di mana anak mengembangkan keterampilan sosial-emosionalnya.
Faktor Internal
1. Genetik: Faktor genetik memainkan peran penting dalam perkembangan sosial-emosional. Penelitian menunjukkan bahwa genetik dapat mempengaruhi temperamen, kecemasan, dan agresivitas.
2. Kematangan Otak: Perkembangan otak dan sistem saraf mempengaruhi kemampuan mengatur emosi dan perilaku sosial.
3. Kepribadian: Kepribadian individu, seperti ekstravensi, agreeableness, dan kesadaran diri, mempengaruhi interaksi sosial dan emosional.