Mohon tunggu...
Ilma Susi
Ilma Susi Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Islam Rahmatan Lil Alamin

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ngotot Impor Saat Stok Beras Aman, demi Siapa?

2 November 2023   23:12 Diperbarui: 2 November 2023   23:23 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minim Koordinasi

Pernyataan para pejabat publik yang berbeda-beda dalam satu perkara di waktu yang bersamanan ini menunjukkan kurangnya koordinasi antarlembaga pemerintah. Namun, jika kita berpegang pada pernyataan presiden, tampak bahwa tambahan impor dilakukan bukan karena stok kurang, melainkan untuk menurunkan harga beras.

Dikutip dari laman Sekretariat Kabinet (13-10-2023), Jokowi mengatakan, "Cadangan di Bulog 1,7 (juta ton) dan akan datang lagi kira-kira 500, 600 ribu ton. Artinya cadangan pangan kita kondisinya aman, tapi memang kita tetap butuh beras ini juga untuk masuk ke pasar agar harga bisa turun sedikit demi sedikit."

Rencana  impor beras ini mendapatkan penentangan dari para ahli. Guru Besar IPB yang juga Ketua Umum Asosiasi Benih dan Teknologi Tani Indonesia, Dwi Andreas memandang keputusan pemerintah untuk impor beras pada akhir tahun 2023 tidak diperlukan. Produksi beras 2023 turun sebesar 3,5% atau 1 juta ton. Kekurangan ini akan dicukupi oleh impor di awal tahun srbesar 1,7 juta ton, logikanya impor tidak diperlukan. 

Masih menurut Dwi, jika impor beras tetap dilakukan, akan berdampak buruk bagi petani. Pasalnya petani  saat ini baru menikmati harga jual beras yang baik. Jika pakar di bidang pangan ini berpendapat demikian, lantas apa alasan pemerintah masih ngotot impor beras lagi?

Jaminan Pangan

Naiknya harga beras sangat berefek pada kehidupan masyarakat. Hal itu karena 98,5% orang Indonesia makanan pokoknya adalah beras. Oleh karenanya, ketika ada kenaikan harga beras, efek buruk menimpa rakyat.

Pemerintah sebagai lembaga pengurus urusan rakyat wajib mewujudkan jaminan ketersediaan beras dengan stok yang mencukupi dan harga yang terjangkau.  Harus digindarkan kondisi  dimana stok cukup, tetapi ditimbun oleh pengusaha nakal dan harganya mahal. 

Sayangnya, jaminan ketersediaan pangan itu tidak diwujudkan oleh penguasa hari ini. Hal ini tidak lepas dari sistem kapitalisme yang dianut Indonesia sehingga negara berlepas tangan dengan menyerahkan urusan pemenuhan hajat rakyat pada mekanisme pasar, yang artinya pada swasta sebagai pemain di pasar.

Dalam sistem Kapitalis  negara hanya berperan sebagai regulator,  dalam hal ini membuka dan menutup portal impor. Apalagi keputusan impor itu  bukan untuk kepentingan rakyat ataupun petani, tetapi para pengusaha yang mengeruk untung dari impor. Inilah yang terjadi ketika ekonomi dibangun dengan standar kapitalisme.

Islam Menjamin Kedaulatan Pangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun