Mohon tunggu...
Ilma Susi
Ilma Susi Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Islam Rahmatan Lil Alamin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Maraknya Seks Bebas di Kalangan Remaja, Buah Buruk HAM

15 Agustus 2023   11:43 Diperbarui: 15 Agustus 2023   17:06 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan yang di rilis oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tentang remaja di Indonesia yang sudah pernah melakukan hubungan seksual di luar nikah cukup membuat mata kita terbelalak. Pada rentang usia 14 -15 tahun tercatat sebanyak 20 persen pelakunya. Lalu, usia 16 -17 tahun sebesar 60 persen. Sementara usia 19 - 20 tahun sebanyak 20 persen. Hal itu diungkapkan BKKBN berdasarkan data Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2017.

Ketua BKKBN Hasto Wardoyo, sebagaimana dikutip dari Merdeka,  (5-8-2023) mengatakan, "Usia hubungan seks semakin maju, sementara itu usia nikah semakin mundur. Dengan kata lain semakin banyak seks di luar nikah."

Hasto menjelaskan, fenomena maraknya seks bebas di kalangan remaja ini disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah majunya usia pubertas,  pengaruh media sosial dan faktor segi keluarga, yaitu anak yang kekurangan kasih sayang dari orang tuanya atau anak yang berasal dari broken home.

Menurut Hasto, keluarga merupakan media yang paling baik bagi anak untuk sekadar berbagi cerita. Namun, apabila hal itu sirna di kalangan keluarga, sang anak akan kehilangan sosok yang dapat dibagi cerita sekaligus pelindungnya dan bisa terperosok pada pergaulan bebas.

Hasto menambahkan, dari fenomena seks bebas remaja,  salah satunya dari lalangan ekonomi ke bawah dengan umur di bawah 19 tahun. Atas dasar itu pula pihaknya mendorong kepada Kementerian Pendidikan agar pendidikan tentang bahaya seks bebas dapat segera dilegalkan mengingat sangat besar dampak negatifnya.

Ancaman Kerusakan Generasi

Tingginya angka seks bebas hingga terjadi kehamilan di luar nikah menimbulkan kekhawatiran akan kualitas generasi. Pada masa yang mendatang, generasi rusak yang tak takut berbuat dosa ini akan menghasilkan bangsa yang rusak pula.

Masalah pergaulan bebas ini tidaklah berdiri sendiri. Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab maraknya seks bebas di kalangan remaja, utamanya di awal-awal usia remaja mereka. Faktor penyebabnya berasal dari internal dan dan eksternal yang saling berkelindan sehingga masalahnya semakin rumit.

Untuk  menyelesaikan masalah  ini membutuhkan langkah yang terpadu dan menyeluruh, tak cukup hanya dengan memberikan edukasi tentang bahaya seks bebas. Sayangnya, mereka tak mendapatkan solusi yang tepat dari negara saat mereka malah diedukasi dengan program Kesehatan Preproduksi Remaja  (KRR) dari Kemenkes. Program ini  secara tidak langsung justru mengajarkan seks bebas, di mana salqh satunnya remaja dikenalkan dengan condom. Bahkan ada kegiatan bagi-bagi kondom dalam penyuluhan yang diikuti oleh siswa  penulis. 

Terdapat bahaya besar yang mengancam remaja kita, ketika yang diberikan adalah pendidikan seks dan reproduksi dalam model budaya Barat yang berbasis Hak Asasi Manusia (HAM). 

HAM dan kebebasan individu yang menjadi asas pendidikan di negeri ini justru merusak tata nilai remaja kita, terlebih bagi remaja muslim. Program sosialisasi KRR , alih-alih mencegah, remaja justru akan terjerumus ke jurang kemaksiatan. Lihat betapa bahayanya program KRR dengan kunci ABCD-nya.

A adalah Abtentia (absen),  artinya anjuran untuk tidak berpacaran atau terlibat pada seks bebas. Bila terpaksa terlibat seks bebas, maka kunci yang diberikan adalah B, yaitu Be faithfull yang bermakna  setia. Setia dimaknai  tidak berganti-ganti pasangan. Sedangkan C adalah saran penggunaan Condom dan D adalah no Drug. Sosialisasi condom ini malah mengajarkan gaul secara loss, sungguh kontardiktif dengan upaya penyelamatan generasi.

HAM lahir dari pandang hidup Kapitalisme. Pandangan hidup yang memandang urusan politik bernegara harus steril dari peran agama. Konsep KRR lahir dari pandangan dimana kebebasan  bertingkah laku menjadi ruhnya. Edukasi KRR dengan pertimbangan adanya bahaya menurut kesehatan remaja, justru mendorong mereka mencari cara aman secara kesehatan. Cara-cara seperti anjuran KRR pun diterapkan oleh remaja menggunakan pengaman seperti memakai condom. 

Kemaksiatan Nyata

Dalam pandangan Islam, remaja dengan seks bebas telah melakukan kemaksiatan. Hal itu ditegaskan dalam Alquran tentabg larangan untuk mendekati zina, apalagi berzina. Perbuatan ini termasuk  dosa besar.
Sementara bila mengikuti seruan HAM, gaul bebas tidak dianggap masalah bila dilakukan dengan saling rela dan tidak ada paksaan, atau unsur kekerasan. Sungguh HAM yang dikampanyekan Barat dengan seruan adanya hak otonomi tubuh merupakan jebakan yang sangat berbahaya.

Peran Negara

Menghadapi arus kampanye HAM diperlukan keimanan dan ketakwaan.  Dengan kata lain, akidah Islam harus menjadi asas tidak hanya bagi setiap individu, keluarga dan masyarakat, tetapi juga asas semua pengaturan urusan kehidupan. Artinya, penjagaan akidah dari individu di mayarakat harus melibatkan peran negara.

Oleh karena itu dibutuhkan penerapan aturan secara sistemik pada bidang pendidikan,  pergaulan, informasi termasuk pengelolaan media sosial dan sistem sanksi. Bahkan sistem ekonomi dan sistem politiknya harus terpadu berasaskan akidah Islam yang itu semua diterapkan oleh negara.

Seluruh aturan yang ditetapkan negara selayaknya mengikuti aturan Allah dan Rasul-Nya. Dimana negara harus menutup rapat-rapat berbagai hal yang memicu rangsangan syahwat dan menghantarkan kemaksiatan. 

Potensi remaja yang  harusnya diarahkan dan dibina untuk kelak menjadi pemimpin masa depan, bagi bangsa yang besar ini. Sistem pendidikan Islam yang diterapkan negaralah yang akan membuat mereka mengoptimalkan masa muda demi meraih keridaan Allah.

Dalam tata kehidupan islam yang penuhi suasana iman pada sistem Islam yang diterapkan, remaja muslim akan terbebas dari jeratan syahwat yang menghinakan. Remaja tak boleh diremehkan dalam penanganannya. Di tangan remaja-remaja muslim yang saleh inilah masa depan peradaban Islam akan kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun