Pendahuluan
Pada setiap negara, baik negara maju atau berkembang mengalami masalah kemiskinan, sehingga bisa dibilang bahwa kemiskinan bagaikan hantu yang menghantui setiap negara di seluruh dunia. Walaupun masalah kemiskinan sudah menjadi masalah seluruh dunia sejak lama, namun kemiskinan tetap menjadi masalah terberat yang sulit diatasi, seakan sudah menjadi masalah yang mengakar dan masalah yang pasti dihadapi seluruh dunia. Butuh waktu dan strategi yang tepat untuk memberantas atau setidaknya mengurangi tingkat kemiskinan yang ada.
Di indonesia sendiri, menurut data dari BPS yang dirilis pada tahun 2018, tingkat penduduk miskin lebih banyak berada di desa daripada di kota. Menurut salah satu berita di media online ekonomi.kompas.com, presentase kemiskinan di desa sebanyak 13,20% sedangkan di kota sebanyak 7,02%.Â
Tingkat kemiskinan di desa bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, misalnya kurangnya lapangan pekerjaan, daerah yang masih terisolasi, dan minimnya informasi dan rendahnya tingkat pendidikan serta pengetahuan masyarakat desa. Beberapa alasan tersebut biasanya juga menyebabkan kemiskinan menjadi identik dengan lingkungan yang kotor, kumuh, dan sulit diatur.Â
Namun, dalam beberapa kurun waktu terakhir, tingkat kemiskinan di desa mengalami penurunan seiring dengan penambahan anggaran dana desa. Walaupun tingkat kemiskinan di desa sudah mulai menurun, masalah kemiskinan ini tidak boleh untuk diabaikan, pemerintah harus tetap memantau dan mencari solusi untuk memberantas kemiskinan 100%.Â
Karena tingkat kemiskinan di desa akan mempengaruhi kualitas pemerintahannya dan akan berdampak pula pada pemerintahan pusat. Bahkan, kemiskinan juga mampu menjadi parameter untuk mengukur kemajuan sebuah negara. Jadi, masalah kemiskinan harus diselesaikan dengan baik.
Konsep Kemiskinan
Pada dasarnya, kemiskinan yang seringkali dipahami dengan taraf hidup yang rendah, dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana penduduknya ditandai dengan kehidupan yang serba kekurangan, utamanya kekurangan akan kebutuhan pokok.Â
Menurut Widodo (1997), konsep kebutuhan dasar selalu dikaitkan dengan kemiskinan karena masalah kemiskinan merupakan obsesi bangsa dan persoalan dasar yang harus ditangani. Penduduk miskin umumnya tidak berpenghasilan dan umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan aksesnya terbatas pada segi ekonomi sehingga tertinggal dari masyarakat lainnya.
Bank Dunia (2014) yang dikutip oleh Prayitno (2014) menjelaskan bahwa kemiskinan memiliki tiga dimensi (aspek atau segi), yaitu: (1) kemiskinan itu multidimensional. Artinya, karena kemiskinan itu bermacam-macam sehingga memiliki banyak aspek; (2) aspek-aspek kemiskinan tadi saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung; dan (3) bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual ataupun kolektif.
Secara ekonomi, kemiskinan dapat diartikan sebagai kurangnya sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Maksud dari sumberdaya di sini tidak hanya dari segi finansil, namun termasuk semua jenis kekayaan (wealth) yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam pengertian yang lebih luas.Â