Mohon tunggu...
Ilmaddin Husain
Ilmaddin Husain Mohon Tunggu... Guru - Citizen journalist, penyuka fotografi

Pembelajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

LDII Tegas Tolak Terorisme dan Radikalisme

21 Januari 2016   05:24 Diperbarui: 21 Januari 2016   07:20 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pelaku teror di Sarinah, Jakarta, Kamis (14/1/2016). Sumber: Reuters"][/caption]AKSI teror yang terjadi di sekitar Jalan MH Thamrin, Jakarta pada Kamis (14/1/2016) lalu menggerakkan kesadaran masyarakat untuk melawan terorisme. Pemerintah Indonesia melalui pernyataan Presiden Joko Widodo secara tegas mengecam aksi tersebut. Masyarakat pun menyatakan keberaniannya melawan terorisme dengan mempopulerkan hastag #kami tidak takut di media sosial.

Presiden Joko Widodo menambahkan, masyarakat tidak perlu cemas. “Saya harap masyarakat tetap tenang, karena semua terkendali,” ungkap presiden. Sementara itu, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso, meminta masyarakat tetap waspada, sebab dalam melancarkan aksi, teroris tidak mengenal waktu dan sasaran.

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) selaku ormas islam juga secara tegas menyatakan kecaman terhadap segala bentuk tindakan teror yang dilakukan golongan radikal. Hal ini, LDII tegaskan melalui pernyataan sikap bersama ormas islam lain melalui forum ukhuwah islamiyah beberapa waktu yang lalu. Pernyataan tersebut berisi penolakan terhadap gerakan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS).

LDII bahkan mengimbau kepada seluruh warganya agar tidak terlibat pada gerakan ISIS. Penolakan LDII terhadap gerakan ISIS ini mendapat apresiasi dari Mabes Tentara Nasional Indonesia (TNI). Mabes TNI menyampaikan surat yang berisikan apresiasi tersebut dengan nomor B/4577/X/2014 kepada DPP LDII.

Terorisme Bukan Jihad

Radikalisme maupun terorisme timbul karena lemahnya rasa, paham, dan semangat bela negara. Lemahnya nasionalisme, juga menjadi pemicu tindakan anarkis ini. Rendahnya pemahaman 4 pilar kebangsaan yang meliputi, Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika dinilai turut menjadi cikal bakal gerakan teror.

Ketua DPP LDII Hidayat Nahwi Rasul mengatakan, bagi LDII, NKRI adalah final. “Siapa lagi yang membela NKRI kalau bukan kita. Ibarat NKRI adalah akuarium dan airnya, maka kita adalah ikannya. Jika air akuarium keruh, kita tidak akan tinggal nyaman di dalamnya,” kata Hidayat.

Bahkan, Hidayat menegaskan kembali pernyataan Ketua Umum DPP LDII Abdullah Syam terkait ideologi kebangsaan. “Siapa saja yang berani mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi yang lain, bukan hanya berhadapan dengan TNI/Polri, tetapi juga berhadapan dengan LDII,” ujarnya.

Di dalam nama LDII, sambung Hidayat, melekat dua hal, yaitu Islam dan Indonesia. “Kita ini orang Indonesia yang beragama Islam. Bukan orang Islam yang tinggal di Indonesia,” ujarnya. Lebih lanjut, menurut Hidayat, jihad bukanlah melakukan kekerasan atau teror dengan mengatasnamakan agama. “Bagi kita, keluar rumah untuk mencari rezeki adalah jihad,” ujarnya.

Oleh karena itu, kata Hidayat, LDII menolak terorisme. “Radikalisme merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara,” tuturnya.

Bersatu Lawan Terorisme

Teroris menciptakan kekacauan di tengah masyarakat. Motifnya untuk mengganggu stabilitas keamanan. Padahal, tindakan teror justeru kontra dengan ajaran islam yang sebenarnya. Sejatinya, islam adalah agama yang mengedepankan kasih sayang, bukan menyebar ketakukan bagi masyarakat luas. LDII berpandangan, islam harus diwujudkan sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin).  

Oleh karena itu, diperlukan sinergitas semua elemen untuk mencegah terorisme. Apapun bentuk ancaman terhadap ideologi kebangsaan yang kita hadapi, tidak bisa kita katakan bahwa itu adalah urusan pemerintah semata. Sebaliknya, itu adala urusan kita semua.

Pemerintah, aparat keamanan, ormas, dan seluruh komponen masyarakat haruslah bersatu melawan terorisme. Jika ada gerak-gerik yang mencurigakan, masyarakat supaya melapor kepada aparat yang berwajib. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun