[caption caption="Pelaku teror di Sarinah, Jakarta, Kamis (14/1/2016). Sumber: Reuters"][/caption]AKSI teror yang terjadi di sekitar Jalan MH Thamrin, Jakarta pada Kamis (14/1/2016) lalu menggerakkan kesadaran masyarakat untuk melawan terorisme. Pemerintah Indonesia melalui pernyataan Presiden Joko Widodo secara tegas mengecam aksi tersebut. Masyarakat pun menyatakan keberaniannya melawan terorisme dengan mempopulerkan hastag #kami tidak takut di media sosial.
Presiden Joko Widodo menambahkan, masyarakat tidak perlu cemas. “Saya harap masyarakat tetap tenang, karena semua terkendali,” ungkap presiden. Sementara itu, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso, meminta masyarakat tetap waspada, sebab dalam melancarkan aksi, teroris tidak mengenal waktu dan sasaran.
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) selaku ormas islam juga secara tegas menyatakan kecaman terhadap segala bentuk tindakan teror yang dilakukan golongan radikal. Hal ini, LDII tegaskan melalui pernyataan sikap bersama ormas islam lain melalui forum ukhuwah islamiyah beberapa waktu yang lalu. Pernyataan tersebut berisi penolakan terhadap gerakan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS).
LDII bahkan mengimbau kepada seluruh warganya agar tidak terlibat pada gerakan ISIS. Penolakan LDII terhadap gerakan ISIS ini mendapat apresiasi dari Mabes Tentara Nasional Indonesia (TNI). Mabes TNI menyampaikan surat yang berisikan apresiasi tersebut dengan nomor B/4577/X/2014 kepada DPP LDII.
Terorisme Bukan Jihad
Radikalisme maupun terorisme timbul karena lemahnya rasa, paham, dan semangat bela negara. Lemahnya nasionalisme, juga menjadi pemicu tindakan anarkis ini. Rendahnya pemahaman 4 pilar kebangsaan yang meliputi, Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika dinilai turut menjadi cikal bakal gerakan teror.
Ketua DPP LDII Hidayat Nahwi Rasul mengatakan, bagi LDII, NKRI adalah final. “Siapa lagi yang membela NKRI kalau bukan kita. Ibarat NKRI adalah akuarium dan airnya, maka kita adalah ikannya. Jika air akuarium keruh, kita tidak akan tinggal nyaman di dalamnya,” kata Hidayat.
Bahkan, Hidayat menegaskan kembali pernyataan Ketua Umum DPP LDII Abdullah Syam terkait ideologi kebangsaan. “Siapa saja yang berani mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi yang lain, bukan hanya berhadapan dengan TNI/Polri, tetapi juga berhadapan dengan LDII,” ujarnya.
Di dalam nama LDII, sambung Hidayat, melekat dua hal, yaitu Islam dan Indonesia. “Kita ini orang Indonesia yang beragama Islam. Bukan orang Islam yang tinggal di Indonesia,” ujarnya. Lebih lanjut, menurut Hidayat, jihad bukanlah melakukan kekerasan atau teror dengan mengatasnamakan agama. “Bagi kita, keluar rumah untuk mencari rezeki adalah jihad,” ujarnya.
Oleh karena itu, kata Hidayat, LDII menolak terorisme. “Radikalisme merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara,” tuturnya.
Bersatu Lawan Terorisme